Sunday, August 3, 2014

Kesehatan Mental dan Gangguan Bipolar: Curahan Hati Seorang Survivor Bipolar Disorder

Apa yang terlintas dibenak kalian ketika mendengar tentang seseorang yang mengidap penyakit psikologis (mental) atau biasa disebut orang awan dengan sakit jiwa atau biasa juga disebut gila?

Mungkin yang dibenak kalian adalah streotip orang gila dengan keadaan yang kacau balau yang biasa terlihat dijalanan, padahal penyakit psikologis ada bermacam-macam dari yang ringan sampai yang berat,  yang namanya sakit tentu mengobati sejak awal lebih berpeluang sembuh atau paling tidak, tidak memperparah sakit daripada ketika penyakit sudah berat.

Banyak orang yang tertimpa gangguan merasa enggan pergi ke psikolog/psikiater/konselor, juga yang ada anggota keluarganya mengalami gangguan menampik gangguan itu, semua dikarenakan malu dengan sebutan gila, memang banyak yang salah dan harus diluruskan, harusnya ada pendidikan tentang kesehatan jiwa, kesehatan jiwa yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik (raga), penyakit psikologis (mental) adalah sumber  penyebab penyakit fisik yang parah.

Ada macam-macam jenis penyakit psikologis (mental), salah satunya “Bipolar Disorder”.  Akhir-akhir ini tidak sedikit orang yang mulai tertarik untuk mengetahui apa itu Bipolar. Ada beberapa teman saya yang bertanya di jejaring sosial, dari hanya dengan kalimat biasa sampai ada yang menjengkelkan  bertanya dengan kalimat bercandaan, tetapi saya tidak boleh marah karena orang itu tidak paham. Sebelum saya mengetahui apa itu Bipolar saya hanya tahu kalo tidak ada jenis lain dari depresi, seperti saya mengira “saya gampang stress, sudah berkepanjangan” artinya depresi (unipolar)”, tapi setelah mulai tahu dari salah satu tayangan ditelevisi dan browsingdi internet, ada jenis depresi lain.

Untuk memudahkan kalian membedakan antara Bipolar Disorders (dulu disebut Manic Depressive) dengan Unipolar selain depresi tentunya adalah mood swing-nya  antara sedih (depressive) dan bahagia (manic). Selain depresi panjang yang saya rasakan saya bisa tiba-tiba saja merasa sudah jauh lebih baik  dan muncul perasaan bahagia. Banyak fikiran negatif  tiba-tiba hilang dan mulai berpikir positif. Tapi juga ada kerugian-kerugian yang saya peroleh dari fase manic ini. (saya baru tahu kemudian itu golongan Bipolar tipe II, karna saya tidak mengalami full manic/euphoria berlebihan sesudah masa anak-anak), ciri-ciri umum pada manic: energi berlebih (sangat aktif), antusias tinggi pada hal yang disukai (over-excited) , percaya diri tinggi, creatifity (banyak ide); juga ada ciri-ciri lain yang menonjol seperti gampang  merasa terganggu dan sensitif.

Saya belum tahu ini bawaan gen atau bukan, gen bawaan adalah faktor umum penyebab Bipolar Disorders, saya merasakan gejalanya sejak anak-anak, pada masa itu juga ada trauma. Memang  saya terlihat sama dengan anak-anak lain yang suka bermain  dan terlihat ceria tapi perasaan sedih dan kecewa juga sering tak terkontrol.  Gejala manic/hypomanic  yang saya rasakan pada waktu itu saya susah tidur dimalam hari kalau saya lagi senang misalnya baru saja mendapat tas sekolah atau mainan baru  hingga saya tetap terjaga sampai dini hari. Disekolah juga kurang dapat mengikuti pelajaran dengan baik meski saya tidak ada kesulitan belajar, tapi kurang perhatian selama dikelas dan hanya mengobrol dengan teman atau asik sendiri karena saya mudah bosan.

Beranjak remaja depresi panjang dimulai, selain itu saya tidak mudah mendapat teman akrab, sifat  yang introvert, saya lebih suka menulis daripada curhat. Akhir masa remaja  baru saya sadari bahwa ternyata  saya moody parah sekali, dalam sehari bisa tiga-empat kali berganti antara senang dan sedih.
Ada yang beranggapan ini hanya proses biasa yang dirasakan semua orang, yang lagi  proses pencarian jati yang dirasakan pada usia remaja atau memasuki awal dewasa, sampai akhirnya saya merasa sudah sangat tidak nyaman. Tidak bisa mengendalikan gangguan Bipolar dengan baik artinya kerugian dalam hal membina hubungan baik dengan orang-orang terdekat, terlebih jika orang-orang itu menyayangi kita dengan tulus. Fase hypomanic dan depresi yang tidak  bisa dikendalikan adalah sama buruknya.

Pengobatan medis dan non medis bisa divariasikan. Biaya yang  tidak sedikit itu adalah kendala dalam proses pengobatan dalam setiap kasus penyakit psikologis. Tapi tidak hanya itu saja, buat ODBD yang mendapatkan dukungan dan perhatian baik oleh orang-orang disekitarnya itu sudah pengobatan alaminya. Saya pernah dengar ada program pengobatan kesehatan jiwa oleh para psikiater, kita bisa berobat dengan biaya yang  murah, itu diperuntukkan untuk masalah kejiwaan (mental) yang sudah berat dan juga pemulihan untuk orang yang baru sembuh dari gangguan kejiwaan supaya dia bisa dapat kembali menjalani kehidupan normal dan diterima ditengah-tengah masyarakat.
Saya berharap ada perhatian serupa untuk ODBD  tapi mengharap  perhatian pemerintah memang masih jauh dari harapan, untuk kasus gangguan kejiwaan berat saja tidak terurus, masih banyak yang berkeliaran dijalan, dipasung bahkan sampai sakit lalu meninggal dunia, tapi sudah ada semacam perkumpulan ODBD dimana kita bisa  saling sharing via online atau datang dipertemuan yang cukup rutin diselenggarakan. ODBD butuh didengarkan karena suara-suara dikepala yang terlalu berisik, belum lagi sulitnya mematikan pikiran saat mau tidur.

Mau men-judge terus-terusan? Silahkan, tapi kita sudah kenyang di-judge dengan kata kasar, apalagi itu kebanyakan orang-orang terdekat, sering itu disebut bentuk perhatian. Lebih baik perhatian seperti itu tidak ada, karena ya itu tadi kami butuh didengarkan. Memang saya belum bisa mengendalikan Bipolar Disorder dengan baik, saya tidak menganggap ini penyakit mungkin karena saya menikmati fase hypomanic saya,  fase itu yang membuat saya bersemangat  dan bergerak untuk melanjutkan proses kreatif saya yang tertunda, yang kadang fase itu justru membawa depresi besar, tanpa mengingat bahwa saya bisa jatuh sangat dalam lagi.  

Jangan terus-terusan meminta ingin dipahami kalau susah mendapatkan itu, kalau belum sekarang ada saatnya nanti.  Teruslah berusaha megendalikannya dan berhenti menyalahkan apapun dan siapapun termasuk diri sendiri, terima dan jadikan diri lebih baik, kemana arah hidup kita adalah kita yang menentukan, setiap detik yang dilewati merupakan pemberian Tuhan dan tanggung jawab masing-masing, bukan tanggung jawab orangtua atau saudara kita. Banyak contoh ODBD yang  menghasilkan karya-karya luarbiasa melebihi orang yang tidak menderita Bipolar Disorder yang bisa dijadikan role model untuk sukses, sukses dalam artian masing-masing orang tentunya. Lakukan apa yang disukai, itu bisa membuat kita berharga, siapa tahu ada potensi besar yang tidak kita duga. Dengan keinginan terus belajar dan berkembang  supaya bisa menghasilkan karya yang berguna ditengah masyarakat,  bukan tak mungkin kan dengan karya dan prestasi itu stigma negatif ODBD akan terhapus dan kita juga mendapatkan nilai lebih karena perjuangan ODBD tidaklah mudah.

*Penulis Essai : Sisit Sita Moidady, terdiagnosis sejak 2012, penulis dan aktifis masalah kesehatan mental.
*Kontak yang bisa dihubungi: email: sitamoidady@gmail.com, twitter: @SitaMoidady

~ Dipublish karena penulis pernah mengadakan semacam event kepenulisan untuk para ODBD yang ingin berbagi pengalaman :) ~

1 comment: