Sunday, March 31, 2013

Terapi Musik Untuk Penanganan Panic Attack




Terapi untuk menyembuhkan panic attack / serangan panik (perasaan seperti akan pingsan) yang muncul tanpa sebab yang jelas saat Anda sendiri, beraktivitas, mengemudi atau berada di keramaian. Gejala panic attack bisa berupa rasa akan jatuh pingsan, kepala pusing, pandangan kabur, perasaan cemas, berkeringat, mual, badan lemas, nafas pendek, jantung berdebar, perasaan takut mati dan seperti kehilangan kontrol

Cara Pakai:Didengarkan dengan headphone atau speaker sambil duduk santai atau berbaring. Mata dipejamkan untuk merasakan aluran musik. Dalam sehari disarankan mendengarkan CD ini selama 30 menit. Jika Anda tidak ada waktu luang untuk mendengarkan CD ini secara khusus, maka Anda bisa dengarkan CD ini waktu menjelang tidur. Tidak masalah jika Anda tertidur ketika mendengarkan CD ini.
Harga: Rp. 120,000
Panic attack merupakan salah satu bentuk gejala kecemasan yang berlebihan. Serangan panik yang tiba-tiba saja muncul merupakan suatu masalah yang serius karena hampir menyerang sebagian besar manusia dalam kurun waktu tertentu. Tercatat hampir 20% dari total populasi dunia mengalami gejala panic attack ini. Dan 1,7% diantaranya merasakan serangan panik tersebut secara besar-besaran dan akan berakibat buruk bagi diri mereka. Fakta lain dari serangan ini yang seringkali terjadi adalah tidak diduga serangan tersebut tiba-tiba muncul tanpa alasan yang jelas dan bahkan sering bersifat melumpuhkan penderitanya.

Dalam kondisi tersebut seseorang bisa mengalami ketakutan-ketakutan yang tidak masuk akal. Dan kemudian jika tidak segera mendapatkan terapi yang sesuai maka penderita panic attack bisa berakibat terhadap kehidupan sehari-hari yang dia miliki. Banyak kasus yang menyebutkan para penderita panic attack yang sudah melampui batas kewajaran dan bahkan ditemukan dalam beberapa kasus sempat melakukan percobaan bunuh diri. Namun bukan berarti hal tersebut tidak dapat disembuhkan.

Para peneliti telah menemukan berbagai macam solusi berkaitan dengan panic attack yang banyak sekali menyerang orang-orang didunia. Intinya adalah keinginan dari penderitanya untuk bisa terbebas dari serangan panik tersebut. Akan tetapi banyak sekali program terapi yang lebih bersifat temporer untuk meredam gejala panik tersebut ketika sedang kambuh. Bukan dengan cara mengatasinya langsung ke sumber masalah. Obat-obatan seperti sertraline (Zoloft), paroxetine (Paxil), dan citalopram (Celexa) dari kelompok SSRI, duloxetine (Cymbalta) dan venlafaxine (Effexor) dari kelompok SSNRI, dan clonazepam (Klonopin) dan lorazepam (Ativan) dari kelompok benzodiazepine hanya bersifat sementara karena hanya mengobati gejala yang ditimbulkan bukan mengatasi permasalahannya.

Lantas bagaimanakah cara mengatasi panic attack secara efektif dan permanen. Salah satunya yakni dengan menggunakan metode brainwave entrainment. Dengan menstimulus gelombang otak tertentu supaya mampu meredam efek yang ditimbulkan ketika panic attack itu muncul. Intinya adalah untuk membiasakan otak kita supaya sering dalam kondisi yang stabil agar tidak lagi beraktivitas secara berlebihan terutama saat serangan panik tiba-tiba muncul. Dengan CD terapi musik ini telah dilengkapi dengan teknologi gelombang otak yang sesuai dan sangat diperlukan oleh otak berkaitan dengan gejala serangan panik yang kita miliki.




Testimoni:
Setelah baca-baca di internet tentang permasalahan yang saya hadapi, saya menyimpulkan kalau saya menderita "panic attack"  karena tanda-tanda yang disebutkan persis seperti apa yang saya rasakan. Lalu langsung saya memesan satu CD Terapi Musik untuk mengatasi masalah tersebut. Pada awalnya rasanya biasa saja tidak ada yang langsung berubah dari diri saya. Tapi lama kelamaan perasaan itu sedikit demi sedikit hilang dengan sendirinya. Sampai akhirnya saya benar-benar sembuh dari perasaan yang selama ini membelenggu saya. Rasanya seperti seorang yang bebas merdeka, tanpa ada satu apapun yang mengganggu.
Jonathan, Halmahera Maluku Utara. 29 Tahun.

CD dapat dibeli di http://www.terapimusik.com

Waspadai: Gejala Panic Attack Mirip Stroke

SAKIT menusuk di dada dan sesak napas umumnya dialami mereka yang mengalami stroke. Namun bisa jadi keluhan itu muncul akibat dari panic attack yang parah. Maklum, gejala panic attack parah dan stroke agak-agak mirip.
"Gejala panic attack mirip stroke. Sakit menusuk di dada, susah napas, jantung berdebar kencang, mata gelap, lalu tensi drop. Saat mengalami seperti ini, banyak orang yang dibawa ke UGD, tapi saat tes EKG, semua fine," terang psikolog klinis Liza Marielly Djapri.
Dalam beberapa kasus orang yang mengalami panic attack kemudian freeze ataun membeku sehingga tidak bisa melakukan kegiatan apapun. Hal itu terjadi karena yang bersangkutan merasakan sesuatu yang tidak nyaman di jantungnya. Pada kondisi itu, keringat pun banyak keluar.
"Kalau pada mereka yang kena panic attack, biasanya berlangsung selama sejam tetapi yang menyakitkan 15 menit pertama, kemudian berangsur normal lagi," sambung ibu dua anak yang juga menjadi terapis ini.
Orang yang mengalami panic attack umumnya memiliki karakter agak pencemas sejak kecil. Biasanya mereka juga memiliki managemen dan regulasi stres yang tidak baik.
"Dulu kebanyakan dialami orang dengan usia 30 something ke atas. Tapi semakin lama, baru masuk usia 30 tahun sudah kena. Ketika merasa hidup di dunia yang tidak aman, maka lebih gampang kena panic attack," tutur Liza.
Menurut alumnus UI ini, tekanan pada anak di sekolah juga bisa membuat benin-benih kemunculan panic attack. Dunia anak adalah dunia bermain, namun jika sejak dini mereka dipaksa terlalu keras belajar sehingga kehilangan dunia bermainnya, maka hal ini memberikan tekanan pada si anak.
"Jadi stres di usia muda karena sejak kecil sudah dituntut banyak. Akibatnya tidak mengenal kesenangan dan kebahagiaan. Ini mengakibatkan lahirnya kecemasan dan depresi," sambung Liza.
Banyak orang yang tidak sadar dirinya mengalami panic attack sehingga tidak mendapat penanganan yang memadai. Selain itu banyak yang merasa panik berlebihan bukan sesuatu yang harus diwaspadai karena bukan penyakit. Padahal dengan penanganan yang tepat panic attack yang sebenarnya merupakan sakit kejiwaan dapat diatasi
www.health.detik.com

Serba-serbi Panic Attacks (Serangan Panik)


Serangan Panik atau Panic attack adalah perasaan teror yang datang menyerang secara tiba-tiba tanpa peringatan.
Seorang yang mendapat serangan panik menceritakan pengalamannya sebagai berikut :
Tiba-tiba saja saya merasakan gelombang ketakutan yang sangat menakutkan tanpa suatu sebab sama sekali. Jantung saya berdebar, dada saya sakit dan menjadi lebih susah untuk bernapas. Saya pikir saya akan mati.
Saya begitu takut. Setiap kali saya mulai keluar rumah, saya mendapat perasaan yang buruk di perut saya dan saya begitu di teror oleh perasaan bahwa panic attack lainnya akan datang atau beberapa hal yang mengerikan yang tidak diketahui akan terjadi.

Gejala-gejala Serangan Panik (Panic Attack)
Seperti digambarkan diatas, gejala-gejala serangan panik timbul secara mendadak tanpa suatu penyebab yang jelas. Mereka dapat termasuk :
- Denyut jantung yang cepat
- Nyeri dada
- Gangguan perut
- Pusing, mual
- Sesak napas, rasa tercekik
- Rasa perih atau mati rasa di tangan
- Sensasi seperti mimpi atau perceptual distortions
- Teror: Suatu kesadaran bahwa sesuatu yang tidak terbayangkan menakutkan akan terjadi dan sesorang tidak berdaya untuk mencegahnya
- Takut kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu yang memalukan
- Takut mati
Suatu serangan panik secara khas berlangsung beberapa menit dan merupakan suatu kondisi yang dengan paling penuh tekanan yang dapat dialami oleh seseorang. Kebanyakan jika seseorang mendapat satu serangan maka dia akan mendapat serangan lainnya. Jika seseorang mendapat serangan yang berulang atau sangat takut mendapat serangan lagi, maka dia disebut mempunyai panic disorder

Serangan Panik (Panic Attacks)

Serangan panik mungkin adalah gejala-gejala dari suatu anxiety disorder (kelainan ketakutan). Serangan-serangan ini adalah persoalan kesehatan yang serius di Amerika dan dinegara ini paling sedikit 1,7% dari orang dewasanya atau 3 juta penduduk akan mendapat serangan panik suatu waktu dalam kehidupannya. Gejala-gejalanya adalah berbeda sangat mencolok dari tipe-tipe ketakutan lainnya dimana serangan panik datangnya sangat tiba-tiba dan tidak diduga, sepertinya tidak terprovokasi dan sering kali melumpuhkan.
Serangan panik dapat terjadi kapan saja bahkan waktu tidur sekalipun. Umumnya serangan akan memuncak dalam waktu 10 menit, namun beberapa gejala akan berlangsung lebih lama.

Sekali seseorang mendapat serangan panik, misalnya, ketika mengendarai mobil, sedang belanja di toko yang penuh sesak, atau sedang berada didalam lift (elevator), maka dia bisa dapat mengembangkan takut yang tidak rasional, yang disebut phobia pada situasi-situasi ini dan mulai menghindari mereka. Pada akhirnya, pola dari menghindari dan tingkat ketakutan atas serangan lainnya, dapat mencapai suatu titik dimana individu dengan panic disorder mungkin tidak lagi mampu mengendarai mobil atau bahkan keluar dari rumah. Pada tingkat ini, individu ini disebut mempunyai panic disorder dengan agoraphobia. Jadi panic disorder dapat mempunyai dampak serius pada kehidupan sehari-hari dari seseorang seperti juga penyakit-penyakit utama lainnya, kecuali individu tersebut mendapat perawatan yang efektif.

Apakah Serangan Panik Hal yang serius ?
Ya, serangan panik adalah nyata dan berpotensi melumpuhkan emosi, namun mereka dapat dikontrol dengan perawatan khusus. Disebabkan oleh gejala-gejala mengganggu yang menyertai serangan panik, mereka dapat disalah artikan sebagai serangan jantung atau penyakit lainnya yang mengancam nyawa. Orang-orang sering pergi ke ruang darurat rumah sakit ketika mereka mendapat serangan panik dan tes-tes kedokteran yang luas dapat dilakukan untuk mengesampingkan kondisi-kondisi ini.

Umumnya personal kedokteran akan mencoba meyakinkan pasien serangan panik bahwa mereka tidak ada dalam bahaya. Namun usaha-usaha untuk meyakinkan ini dapat kadang-kadang menambah kesulitan-kesulitan pasien: Jika dokter menggunakan ekspresi seperti " tidak ada yang serius", "semua hanya pikiran anda saja" atau "tidak ada yang perlu dikhwatirkan", ini akan memberi kesan yang tidak benar bahwa tidak ada persoalan yang nyata dan bahwa perawatan adalah tidak mungkin atau perlu. Intinya adalah serangan panik dapat sangat serius, namun itu tidak membahayakan organ-organ tubuh.
Penyebab Serangan Panik
Menurut suatu teori dari panic disorder, "sistim peringatan" yang normal dari tubuh, seperangkat mekanisme dari mental dan fisik yang mengizinkan seseorang merespon kepada ancaman, cenderung dipicu untuk yang tidak penting, ketika tidak ada ancaman. Ilmuwan tidak tahu secara tepat mengapa ini terjadi atau mengapa beberapa orang lebih rentan terhadap persoalan ini dari pada lainnya. Panic disorder ditemukan terjadi di keluarga, dan ini dapat berarti bahwa warisan (gen) memainkan peran yang kuat dalam menentukan siapa saja yang akan mendapatkannya. Bagaimanapun juga banyak orang tidak mempunyai sejarah keluarga dari kelainan ini, mengembangkan kelainan ini. Seringkali serangan pertama dipicu oleh sakit fisik, stres hidup berat, atau mungkin obat-obatan yang meningkatkan aktivitas bagian otak yang berhubungan dengan reaksi takut.

Perawatan Serangan Panik
Berkat penelitian, ada beberapa variasi perawatan yang tersedia, termasuk beberapa obat-obatan yang efektif dan bentuk-bentuk tertentu dari psikoterapi. Dari segi obat-obatan, anggota khusus dari obat-obatan dari selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan keluarga benzodiazepine telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) untuk merawat panic disorders. Contoh-contoh dari obat-obatan ini termasuk sertraline (Zoloft) dan paroxetine (Paxil) dari grup SSRI dan clonazepam (Klonopin) dari grup benzodiazepine. Obat-obatan dari keluarga beta blockers (contohnya propranolol) kadang-kadang digunakan untuk mengobati gejala fisik yang berhubungan dengan serangan panik.

Komponen psikoterapi untuk perawatan panic disorder adalah sama pentingnya seperti perawatan dengan obat-obatan. Kenyataannya, penelitian menunjukan bahwa kombinasi dari perawatan obat-obatan dan psikoterapi lebih efektif dari pada perawatan sendiri-sendiri. Untuk menangani ketakutan, terapi teori tingkah laku diterima secara luas sebagai suatu bentuk efektif dari psikoterapi. Bentuk terapi itu mencoba menolong orang dengan panic disorder mengidentifikasi dan mengurangi pikiran-pikiran dan kelakuan-kelakuan yang tidak rasional yang memperkuat gejala-gejala panik. Teknik-teknik tingkah laku yang sering digunakan untuk mengurangi ketakutan termasuk teknik-teknik relaksasi dan secara berangsur meningkatkan paparan (exposure) kepada situasi yang sebelumnya dapat meningkatkan ketakutan pada individu itu.

Seringkali suatu kombinasi psikoterapi dan obat-obatan memberikan hasil yang baik. Perbaikan umumnya tercatat dalam periode waktu yang agak singkat, sekitar 2 sampai 3 bulan. Jadi perawatan yang memadai untuk panic disorder dapat mencegah serangan panik atau paling sedikit secara substansi mengurangi parahnya dan frekwensinya, membawa keringan kepada 70 sampai 90% dari orang-orang dengan panic disorder.

Ada juga hal-hal yang dapat dibuat oleh orang-orang denga panic disorder untuk membuat terapi/perawatan lebih efektif. Karena bahan-bahan seperti kopi, alkohol dan obat-obat terlarang dapat memperburuk serangan panik, maka bahan-bahan tersebut harus dihindari. Mungkin cukup berharga untuk melakukan latihan aerobik dan teknk menagemen stres seperti tarik napas yang dalam dan yoga, dimana aktivitas-aktivitas tersebut ternyata membantu mengurangi frekwensi dan keparahan dari serangan panik.

Sebagai tambahan, orang-orang dengan panic disorder mungkin memerlukan perawatan untuk persoalan emosi lainnya. Depresi sering dihubungkan dengan panic disorder, seperti juga alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan. Penelitian baru-baru ini juga menunjukan bahwa percobaan-percobaan bunuh diri lebih sering pada orang-orang dengan panic disorder. Beruntung persoalan-persoalan yang berhubungan denga panic disorder ini dapat diatasi secara efektif, sama seperti panic disorder sendiri.
Sangat tragis bahwa banyak orang dengan serangan panik tidak mencari atau menerima perawatan/pengobatan.

Akibat Serangan Panik Tidak Dirawat
Serangan-serangan panik cenderung berlangsung selama beberapa bulan atau tahun. Ketika serangan panik ini secara khas mulai pada remaja, pada beberapa orang gejala-gejalanya dapat timbul lebih awal atau belakangan dalam kehidupannya. Jika dibiarkan tidak terawat, ia akan memperburuk sampai satu titik dimana kehidupan orang itu terpengaruh secara serius oleh serangan panik dan oleh usaha-usaha menghindari atau menyembunyikan mereka. Kenyataannya banyak orang mempunyai persoalan dengan teman-teman dan keluarga atau kehilangan pekerjaan ketika sedang berjuang mengatasi serangan-serangan panik. Mungkin ada periode perbaikan secara spontan pada serangan panik, namun umumnya tidak hilang sama sekali kecuali individu itu menerima perawatan yang dirancang secara spesifik untuk menolong orang-orang dengan serangan panik.

Dari Pikiran Turun Ke Badan: Psikosomatis - Gangguan Fisik Akibat Gangguan Mental

Apabila Anda atau kerabat Anda mengalami hal ini: sakit pada suatu bagian tubuh yang berulang, sementara pada pemeriksaan fisik maupun penunjang (laboratorium klinis, radiologi dsb) tidak diketemukan adanya kelainan, besar kemungkinan yang Anda atau kerabat Anda alami adalah gangguan psikosomatis.

Psikosomatis berasal dari kata psycho (jiwa) dan soma (tubuh, jasad)yang merujuk kepada keterkaitan antara adanya ketidakberesan dalam keseimbangan jiwa dengan kemunculan gejala sakit yang dirasakan oleh tubuh. Sudah kita kenal istilahmens sana in corpore sano, bukan? Jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat. Ternyata juga berlaku sebaliknya, tubuh yang sehat dimiliki oleh jiwa yang juga sehat. Ini adalah masalah mind and body connection.

Psikosomatis merupakan salah satu gangguan kesehatan atau penyakit yang ditandai oleh bermacam-macam keluhan fisik. Berbagai keluhan tersebut acapkali berpindah-pindah. Sebagai contoh dalam waktu beberapa hari terjadi keluhan pada pencernaan, disusul gangguan pernafasan pada hari-hari berikutnya. Atau kadang keluhan tersebut menetap hanya pada satu sistem saja, misal hanya pada sistem pencernaan (gangguan lambung). Kondisi inilah yang seringkali menjadi sebab berpindah-pindahnya penderita dari satu dokter ke dokter yang lain ("doctor shopping"). Ada sebagian pasien yang kemudian jatuh pada perangkap medikalisasi, yakni upaya atau tindakan dengan berbagai teknik dan taktik, yang membuat mereka terkondisi dalam keadaan sakit dan memerlukan pemeriksaan maupun pengobatan. 

Padahal gangguan psikosomatis ini sebenarnya justru disebabkan dan berkaitan erat dengan masalah psikis/psikososial. Alhasil, dapat terjadi gangguan fisik pada seluruh sistem di tubuh manusia mulai dari sistem kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem pencernaan, kulit, saluran urogenital (saluran kencing) dan sebagainya. 

GEJALA YANG TAMPAK



Manifestasi klinis psikosomatis yang banyak dijumpai di masyarakat berupa gejala sakit kepala, mudah pingsan, banyak berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pada lambung, diare, mudah gatal-gatal dan sebagainya dengan frekuensi yang berulang-ulang. 

Dalam ilmu kedokteran jiwa (Psikiatri) kasus semacam ini seringkali ditemukan dengan ciri khas khusus. Yakni penderita merasa yakin bahwa gangguan-gangguan yang dialaminya merupakan rangkaian gejala penyakit tertentu. Penderita merasa kecewa karena meskipun telah melalui konsultasi dan mendapat pemeriksaan dokter ternyata secara medis/fisik tidak ditemukan suatu kelainan. Karena tidak puas, penderita cenderung mengambil inisiatif penyembuhan sendiri yaitu dengan sering berpindah-pindah dokter. Biasanya penderita penyakit psikosomatis menyangkal dan menolak untuk membahas serta mengutarakan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya ketika berhadapan dengan dokter. Meskipun sudah didapatkan gejala ansietas (kecemasan) dan depresi pada dirinya. 

Keadaan ini tentu sangat merugikan bagi penderita, karena selain terganggu dengan keluhan yang dideritanya, biaya berobat dan biaya pemeriksaan-pemeriksan penunjang lain yang biasanya termasuk dalam rangkaian pengobatan dapat melonjak sangat tinggi. Bahkan secara signifikan hasil penelitian dalam kurun waktu terakhir menunjukkan bahwa hampir 80 % pasien yang datang berobat adalah penderita kasus psikosomatis. Ironisnya, jumlah ini kian bertambah sejalan dengan membengkaknya biaya hidup di segala sektor. Tentunya kita akan berada dalam kondisi yang lebih baik apabila kasus psikosomatis ini dapat ditangani dengan lebih tepat. 

Dalam pengertian awam istilah stres sering disalahartikan sebagai suatu penyakit atau gejala yang berhubungan dengan masalah psikis/kejiwaan. Padahal, makna stres itu sendiri-- jika ditinjau dari sudut ilmu kedokteran dan psikologi - adalah respon normal tubuh yang bersifat adaptif terhadap perubahan di lingkungan atau luar tubuh, sebagai stresor, yang menimbulkan perubahan atau mekanisme pertahanan tubuh. Respon tubuh terhadap stresor atau penyebab stres dapat berupa perubahan fisik atau emosi. 

Ditinjau dari ilmu Kedokteran dan Psikologi, gejala psikosomatis, menurut awam sering disebut stres, muncul ketika tubuh sudah tidak dapat lagi mengatasi stresor. Peristiwa ini sering juga disebut sebagai Kondisi Distress. Pada tahap inilah biasanya penderita psikosomatis datang ke dokter dengan gejala-gejala sebagaimana disebut di awal tulisan ini. 

CARA PENANGANAN

Perkembangan dalam terapi ilmu kedokteran dewasa ini-- sesuai dengan definisi WHO tahun 1994 tentang "konsep sehat"-- adalah sehat secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, maka terapi pun seyogyanya dilakukan secara holistik. Maksudnya, tidak hanya gejala fisik saja yang ditangani tetapi pemeriksaan pada faktor-faktor psikis yang biasanya sangat mendominasi penderita psikosomatis pun menjadi prioritas. Seorang dokter seyogyanya mampu menyakinkan dan menenangkan penderita penyakit psikosomatis ini sehingga mereka tidak terlalu memikirkan kondisi penyakitnya. Berempati dalam mendengarkan segala keluhan penderita yang berkaitan dengan masalah kehidupan yang dihadapinya sebagai salah satu cara terapi (ventilasi) juga menjadi salah satu tugas dokter dalam menangani penyakit ini. Dengan demikian penderita akan lebih merasa tenang. 

Berikutnya adalah re-edukasi dan re-assurance. Ini dimaksudkan untuk meyakinkan dan menjamin penderita bahwa segala masalah yang dihadapi dapat diatasi. Biasanya pada tahap ini peran dokter/psikiater atau rohaniwan sangat membantu. 

Selanjutnya berupa anjuran untuk memperbaiki kondisi lingkungan dalam keluarga, sosial ekonomi, dan juga di lingkungan pekerjaannya. Sebab, tidak jarang penyebab masalah psikis adalah orang-orang terdekat di sekitar penderita. 

Karena itu, masyarakat wajib memahami sungguh-sungguh masalah psikosomatis ini. Lebih-lebih para praktisi medis. Mereka harus lebih proaktif dan bertindak profesional sehingga masyarakat/pasien tidak (di)-jatuh-(kan) pada pemaksaan terselubung alias medikalisasi. 

Karena jelas bahwa psikosomatik adalah masalah gangguan berdasarkan mind and body connection, maka penanganannya harus holistik (terpadu). Hipnoterapi diharapkan mampu menjembatani hubungan antara penyebab psikis di bawah sadar dengan manifestasi klinis pada tubuh.

Dari situasi tersebut penderita psikosomatis tidaklah bisa disembuhkan melalui pengobatan secara medis dengan obat-obatan. Penyembuhan bagi penderita psikosomatis adalah dari “dalam diri” si penderita supaya tidak terjadi stres yang berkepanjangan, untuk itu ada beberapa solusi untuk menghindari terjadinya stres dan sembuh dari psikosomatis yaitu :
1. Hidup dengan pola pikir positif
Harus dapat merubah mind set agar lebih positif, ketika kita positif maka kita bisa menerima hal-hal yang terjadi di kehidupan kita sehingga kita akan terhindar dari stres.
2. Realistis
Manusia yang realistis lebih dapat menerima kenyataan, dapat pasrah dan menerima apa adanya.
3. Lawan
stres harus dilawan atau dikalahkan dengan kekuatan dari dalam diri manusia itu sendiri yaitu berpikiran positif.
4. Sehat jasmani dan rohani
Menjalankan pola hidup yang benar dengan mengkonsumsi 4 sehat 5 sempurna, cukup tidur dan berolah raga. Lakukan relaksasi, meditasi, yoga atau dapat dengan meluangkan waktu untuk berlibur melepaskan dari kepenatan rutinitas kita sehari-hari.

Apabila ada di antara Anda atau kerabat Anda yang memiliki masalah gangguan psikosomatis / psychosomatic dysorder, mengunjungi dokter yang memahami hipnoterapi adalah keputusan yang tepat.


http://drhasto.blogspot.com

Terapi Bicara Bantu Atasi Depresi

Terapi bicara dapat menjadi pengobatan tambahan untuk membantu mengatasi depresi, demikian menurut hasil sebuah studi baru dari Inggris.

Para peneliti menemukan bahwa penderita depresi yang tidak kunjung membaik meskipun sudah memakai obat antidepresan cenderung mengalami penurunan gejala depresi dengan ditambahkan terapi bicara ke rejimen pengobatannya.

Studi ini merupakan percobaan terbesar pertama untuk mencoba efektivitas dari terapi berbicara jika diberikan bersamaan dengan antidepresan, kata para peneliti.

Para peneliti juga mengungkapkan, hingga dua-pertiga  penderita depresi tidak merespons sepenuhnya terhadap pengobatan antidepresan sehingga hasil temuan ini dapat menunjukkan cara untuk membantu mereka.

"Sampai saat ini, baru ada sedikit bukti yang membantu dokter dalam memilih langkah pengobatan terbaik berikutnya bagi pasien yang tidak merespons pengobatan obat standar (dengan obat antidepresan),"  kata Nicola Wiles, peneliti studi dari Universitas Pusat Bristol untuk Kesehatan Mental, Penelitian Ketergantungan dan Bunuh Diri.

Studi ini dilakukan selama satu tahun. Studi masa depan harus menguji efektivitas kombinasi pengobatan dalam jangka panjang karena, menurut peneliti, pasien penderita depresi dapat kambuh setelah pengobatan.

Selain itu, Wiles juga menambahkan, karena ada beberapa pasien yang tidak menunjukkan peningkatan secara substansial dengan penambahan terapi bicara, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan pengobatan alternatif lainnya.

Penelitian ini melibatkan sekitar 470  penderita depresi yang tidak bertambah baik setelah diberi antidepresan selama enam minggu pengobatan. Kemudian peneliti membagi mereka menjadi dua kelompok, kelompok pertama pengobatannya ditambah dengan terapi bicara, sedangkan yang lain tidak.

Setelah enam bulan, sekitar 46 persen dari pasien dalam kelompok terapi bicara mengalami penurunan gejala depresi setidaknya sebanyak 50 persen. Adapun untuk kelompok lain hanya meningkat sebanyak 22 persen. Kedua kelompok ini baru mengalami perkembangan efek pengobatan yang sama setelah 12 bulan.

Oleh karena itu, pengobatan depresi dengan antidepresan dapat dibantu dengan terapi bicara agar efeknya semakin cepat dirasakan.


www.health.kompas.com

Sedang Depresi? Menulis Saja!


Ilmu dan buku adalah dua korelasi yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini sudah berlaku sejak ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan pembukuan. Dan tak ada yang menyangkal akan hal itu. Ilmu pengetahuan yang bersumber dari penelitian maupun buah pemikiran dapat bertahan lama karena dibukukan. Dengan pembukuan, menjadikan kita dapat menikmati ilmu nenek moyang. 

Atas dasar kebutuhan ilmu pengetahuan itulah banyak orang berlomba menciptakan buku. Banyak pula perusahaan penyebar buku atau yang lazim disebut penerbit. Menulis buku menjadi sebuah pekerjaan. Karena itu merupakan cara termudah menyampaikkan buah pikiran. Baik itu pikiran putih maupun hitam. Bahkan ada yang membuat buku untuk menyerang suatu kelompok. Jika sudah demikian, bukan bukunya yang jelek. Tapi oknumnya. Sebab, hakihatnya buku hanya sebagai sarana saja. Buku hanyalah sbeuah wadah saja untuk menampung ide, gagasan pikiran seseorang.

Menulis, menjadi sebuah pekerjaan. Selain karena kemudahan berbagi pikiran kepada orang lain. Pekerjaan menulis menjadikan nama kita lebih dikenal. Jika sudah begitu, maka buah pikiran kita dapat diterima orang lain dengan mudah. Ada yang menulis untuk meraih ketenaran semata. Ada yang menulis untuk mengajak kepada pemikiran tertentu. Namun, dibalik semua itu, banyak yang bingung untuk memulai menulis.

Selain itu, banyak yang tidak tahu menulis bisa menjadi terapi dari penyakit kejiwaan seperti stress, depresi dan semisalnya. Banyak penelitian dan kisah nyata tentang itu. Bahkan, dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa menulis dapat menyebabkan kekebalan tubuh meningkat.

Apa hubungan antara menulis dan kesehatan? 

Menurut James W. Pennebaker, guru besar psikologi University of Texas  Setidaknya ada tiga manfaat menulis, yakni  :
1.  Menulis dapat meningkatkan kekebalan tubuh,
2. Bercerita, juga lewat tulisan, dapat menyelesaikan separuh masalah psikis,
3. Menulis sebagai katarsis (pelepasan emosi/ketegangan).

Dr. James W. Pennebaker melakukan penelitian selama 15 tahun tentang pengaruh membuka diri terhadap kesehatan fisik. Hasil penelitian tersebut, ia tulis dalam buku “Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions”, bahwa menulis menjernihkan pikiran, menulis mengatasi trauma, menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, menulis membantu memecahkan masalah, dan menulis-bebas membantu kita ketika terpaksa harus menulis.


 “Cukup menulis selama lima belas menit per hari, selama empat sampai lima hari,  bisa mengatasi depresi!” demikian antara lain saran James W. Pennerbaker dalam buku yang ditulisnya berjudul  Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotion.  “ Jika Anda mengalami kesulitan melalukan itu, mulailah menulis sedikit demi sedikit. Kata, demi kata. Tulis apa saja yang Anda bisa  untuk mengurangi depresi yang menekan jiwa Anda.”  Tegasnya.


Pennebaker, pria kelahiran 2 Maret 1950 di Midlnad Texas – AS,  adalah seorang psikolog dan ahli bahasa, dikenal sebagai pelopor  terapi jiwa melalui kegiatan menulis. Ia mensosialisasikan program ini pada tahun 1975, setelah melakukan serangkaian  creative writing workshop untuk pasien-pasiennya yang dibelenggu frustasi, depresi,   berbagai trauma fisik-psikis, amnesia, autis dan kerusakan sistem syaraf otak. Hasilnya luar biasa. Ternyata kegiatan menulis yang fokus pada life-writing itu mampu mengatasi berbagai problema tersebut. Salah satu studinya yang dipublikasikan dalam Journal of Consulting and Clinical Psychology edisi April 1998, menemukan bukti bahwa sel-sel T-limfosit para mahasiswa menjadi lebih aktif enam pekan setelah mereka menulis peristiwa-peristiwa yang menekan. Suatu indikasi adanya stimulasi sistem kekebalan.

Sebuah kesaksian

John Mulligan pria berdarah Skotlandia – veteran  Perang Vietnam yang mengalami trauma fisik dan psikis sangat berat sekembalinya dari Vietnam, melakukan life-writing as therapeutic begitu cemerlang. Ia tidak hanya mampu mengatasi depresinya, akan tetapi juga mampu menulis novel laris, bernilai sastra tinggi. Novelnya  berjudul Shopping Cart Soldier tahun 1997, bersumber dari kisah nyata perang  Vietnam yang  membuatnya jadi pembunuh tanpa rasa, tanpa jiwa. Tidak hanya membunuh ribuan manusia, tapi juga kerbau-kerbau, yang keduanya tak berdosa.

Novel ini menceritakan tentang pengalaman mengerikan  seorang tentara  selama bertugas di garis depan medan perang Vietnam . Setelah  ia menjadi veteran, berubah menjadi sosok pria depresi berat. Ia jadi pencandu alkohol dan homeless selama 10 tahun hidup menggelandang  di jalan-jalan di  San Fransisco. Ia menemukan kedamaian dalam dirinya setelah mengikutilife-writing as therapeutic workshop yang dimentori Maxine Hong Kingston, pengarang dan ahli bahasa ternama di AS.  “Kegiatan menulis benar-benar mampu membuatnya kembali ceria, bersiul-siul, melompat-lompat – karena proses menulis membuat pikirannya jernih dan menyalakan semangat hidupnya.” – demikian kesaksian putri Mulligan.

Setelah sukses dengan novelnya yang berjudul Shopping Cart Soldier, Mulligan lalu menulis beberapa cerpen dan novel. Sayang, sebelum naskah-naskah yang ditulisnya itu terselesaikan dengan sempurna, ia tertabrak mobil dan meninggal 12 Oktober 2005. Novel Shopping Cart Soldier dapat menghargaan Pen-Oakland Sastra. 

“Belum pernah ada novel yang menyampaikan kebenaran mistis perang, kecuali yang ditulis Mulligan. Narasinya begitu hidup, mampu melukiskan seorang pembunuh tanpa jiwa, tapi juga menyampaikan pikiran cemerlang dan ekspresif seorang perempuan muda Vietnam dalam mnenyikapi  perang Vietnam yang membuat orang mati rasa.”  Demikian antara lain penilaian Maxine Hong Kingston, mengenai novel Mulligan yang sangat menyentuh. Jadi, menulis itu menyenangkan dan menyehatkan bukan? Yuk segera saja menulis

Menghapus Trauma Buruk, Bijaksanakah?

Trauma akibat ingatan buruk sering melekat betul, bertahun-tahun, bahkan tak jarang bersifat merusak.  Salah satu nama fenomenal ialah Nancy Venable Raine, yang pada tahun 1985, diperkosa dengan brutal. Empat tahun usai kejadian ia terbungkam, diam. 

Setelah mengatasi trauma mental, baru 9 tahun kemudian ia menuliskan pengalamannya di The New York Review Magazine,dan 4 tahun kemudian membaginya lagi pada publik dalam sebuah buku After Silence: Rape and My Journey Back.  Isinya, menerangkan perjuangannya menahan rasa malu, bersalah, dan marah setelah diperkosa.

Namun kini, paling tidak ada kabar baru yang bisa dijadikan alternatif. Sebuah penemuan memungkinan membawa terapi lebih efektif bagi pasien dengan gangguan emosi akibat trauma pengalaman tertentu.

Dalam riset terdahulu terhadap hewan menunjukkan memori ketakutan sangat rentang untuk dimunculkan ketika pasien mengenang, saat kenangan di "konsolidasi ulang" dalam otak.

Penelitian menyatakan, penghambat-beta, keluarga obat-obatan yang umumnya digunakan untuk menerapi tekanan darah tinggi, boleh jadi memiliki efek menyela proses konsolidasi ulang tersebut.

Kini studi dengan uji klinis melibatkan manusia memberi dukungan kuat terhadap teori tersebut. Sebua tim peneliti Belanda, menciptakan pikiran menakutkan buatan dengan memunculkan gambar-gambar laba-laba menyeramkan dengan kejutan listrik ringan dipergelangan tangan 60 partisipan.

Ketika relawan diperlihatkan gambar laba-laba tersebut 24 jam kemudian, respon mereka--menandakan ketakutan--terlihat dari pengetesan reaksi kedipan dan otot mata.

Kemudian setiap relawan mendapat obat propranolol penghambat-beta sebelum melakukan uji coba ulang membangkitkan memori ketakutan, untuk mengetahui adanya pengurangan respon.

Setelah pemberian obat, relawan tampak lebih sedikit terganggu dengan gambar laba-laba. Efek terlihat permanen, setelah gambar laba-laba menakutkan dalam eksperimen tidak lagi menimbulkan ancaman kepada relawan.

Penelitian yang dilaporkan dalam Jurnlan Nature Neuroscience itu meningkatkan kemungkinan pendekatan baru untuk mengatasi masalah emosional dan sindrom strees paska-traumatik

Pemimpin peneliti, Professor Merel Kindt dan para koleganya dari Universitas Amsterdam menulis, "Jutaan orang menderita akibat ketakstabilan mental dan berulangkali timbul ketakutan, bahkan setelah sukses dalam terapi," 

"Temuan kami mungkin memberi implikasi penting untuk memahami dan menerapi memori tidak menyenangkan yang bertahan pada individu dengan ketidakstabilan mental," bunyi tulisan tersebut lebih lanjut.

Namun  Daniel Sokol, doktor sekaligus pendidik di Etika Medis di St George, Universitas London menanggapi dengan hati-hati penelitian tersebut.

"Menyingkirkan kenangan buruk tidak seperti menghilangkan gatal, atau tahi lalat. Itu akan merubah identitas pribadi kita sebab siapa kita sangat berkaitan erat dengan ingatan. Penelitian itu mungkin bermanfaat di beberapa kasus, namun sebelum menghapus total ingatan, kita harus berkaca pada efek yang terjadi pada pribadi tersebut, masyarakat, dan rasa kemanusiaan.

Sementara menurut John Harris, guru besar Bioetik di Universitas Manchester berkomentar, "Sangat nyata jika itu bergantung pada tiap individu, apakah ia akan menerima resiko kemungkinan efek terjadi atau tidak, termasuk keterputusan psikologis dari menghapus ingatan buruk.

"Kompleksitas menarik ialah, kemungkinan jika para korban, katakanlah kekerasan, berharap menghapus rasa sakit di ingatan, itu pun mungkin menghapus kemampuan memberi bukti yang melawan penyerangnya,"lanjut John memberikan penilaiannya.

"Misal, kriminal dan saksi mata dalam kejahatan--dalam gestur alami tubuh dengan ingatan menyakitkan yang  dihapus, akan membuat diri mereka tidak mampu memberi bukti jika kejahatan telah terjadi," katanya./telegraph/itz


http://www.republika.co.id

Kualitas Tidur Yang Baik Mampu Menghapus Ingatan Traumatis?

Mimpi itu ternyata bukan hanya sekedar bunga tidur, menurut sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan, merupakan mekanisme alami tubuh yang dapat menghapus ingatan seseorang mengenai kejadian tak menyenangkan ataupun traumatis.

Menurut hasil penelitian, bahwa 20% dari tidur seseorang itu berisi mimpi dan mimpi merupakan suatu yang penting dalam fungsi memori manusia.





Dalam sebuah hasil penelitian dari 35 partisipan, terungkapkan bahwa orang yang tidur dengan kualitas baik memiliki aktivitas otak Amygdala lebih rendah, dan Amygdala itu sendiri adalah sesuatu yang berhubungan dengan emosi seseorang. Sementara otak bagian depan berkaitan dengan pemikiran-pemikiran yang lebih rasional.

Sebelum para partisipan tidur, mereka diperlihatkan beberapa gambar yang dapat memicu atau mempsovokasi respon emosional. Kemudian setelah melihat gambar-gambar tersebut, para partisipan diperbolehkan untuk tidur malam. 

Ternyata, para partisipan yang tidur dengan baik tidak terlalu memikirkan ataupun mengingat-ingat gambar-gambar kontroversial sebelumya.

Para ilmuwan dari penelitian itu meyakini, bahwa perubahan kimiawi di otak saat seseorang bermimpi berpengaruh pada memori.

Menurut Dr.Matthew Walker, selama tidur [bermimpi] terjadi penurunan norepinephrine, yaitu zat kimia pada otak yang berkaitan dengan kondisi stres. Ia juga menambahkan, ketika otak seseorang sedang memproses ulang pengalaman emosional namun dalam kondis norepinephrine rendah, maka keesokan harinya seseorang tersebut akan terbangun dalam keadaan emosi yang lebih ringan terhadap kejadian-kejadian yang dirasa tidak menyenangkan sebelumnya. Sehingga seseorang akan merasa lebih nyaman dan juga mampu menghadapi pengalaman yang tidak menyenangkan itu.

sumber : BBC.co.uk

Pengaruh Depresi pada Pengambilan Keputusan

Depresi mungkin tidak selamanya buruk. Studi terbaru menemukan, penderita depresi akut mengambil keputusan lebih baik ketimbang orang yang tidak memiliki gangguan ini atau mengalami depresi ringan.

Depresi adalah suatu kondisi kejiwaan yang ditandai suasana hati buruk, rendah diri dan kehilangan minat dalam kegiatan normal menyenangkan. Sekitar 20 persen orang di seluruh dunia menderita penyakit depresi di beberapa titik di kehidupan mereka.

Dalam penelitian, seperti dikutip LiveScience, ilmuwan meneliti 15 penderita depresi, 15 orang mantan penderita serta 27 orang tanpa gangguan. Mereka diminta memilih seorang calon terbaik dari 40 gambar untuk mengisi posisi sekretaris.

Hasilnya, para penderita depresi akut melakukan tugas dua kali lebih baik daripada yang tidak mengalami gangguan. Dari pengamatan, para penderita depresi membuat pilihan lebih baik karena mereka membuat keputusan lima menit lebih lama.  

"Para  penderita depresi menghabiskan waktu lebih lama karena mereka menetapkan kualitas lebih tinggi, meskipun mereka tidak menyadarinya," urai para ilmuwan. 

Hasil studi yang dipublikasikan dalam Journal of Abnormal Psychology ini sesuai dengan teori bahwa depresi dapat meningkatkan beberapa kemampuan mental. Karena proses berpikir lebih analitis. Pengambilan keputusan dapat juga dilakukan pada kegiatan sehari-hari seperti mengelola rumahtangga atau memutuskan berkencan. 

Karena para ilmuwan tidak menemukan efek yang sama pada kelompok penderita depresi yang mulai pulih atau depresi ringan, ahli menilai pengaruhnya sama seperti orang yang normal.    

"Kami menemukan efek terjadi pada penderita yang mengalami depresi dibandingkan mereka yang mulai pulih. Ini menunjukkan bahwa hanya pada keadaan akut penderita depresi menyebabkan perubahan perilaku strategis."

Studi ini bertolak belakang dengan studi lainnya yang menyatakan penderita depresi akut mengambil keputusan lebih buruk akibat terganggu masalah mereka. Studi yang sama menunjukkan para penderita depresi mampu bekerja lebih baik ketika diminta untuk tidak memikirkan masalah mereka.


Viva News