Wednesday, March 13, 2013

Pasien Bipolar Punya Kreativitas Tinggi




Orang dengan gangguan bipolar atau gangguan kejiwaan, ternyata lebih banyak diderita oleh mereka yang berasal dari kelompok berpendidikan tinggi dan memiliki kreativitas tinggi.
"Orang bipolar bisa menghasilkan ide-ide fantastis dan aneh yang orang lain tidak pernah pikirkan. Bahkan banyak diantara mereka yang jadi orang sukses," kata Ketua Seksi Bipolar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) dr. Handoko Daeng, SpKJ (K) saat acara seminar media 'Gangguan Bipolar: Dapatkah Dikendalikan?', di Jakarta.
Handoko menyebutkan, banyak orang-orang terkenal dan jenius yang justru memiliki penyakit kejiwaan. Sebut saja seperti Vincent van Gogh, pelukis ternama ini diketahui mengidap bipolar dan karena tidak bisa mengatasi gangguan mental yang dideritanya, dia akhirnya meninggal karena bunuh diri. Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan jiwa yang bersifat episodik (berulang dalam rentang waktu tertentu) dan ditandai oleh gejala-gejala perubahan mood biasanya rekuren dan berlangsung seumur hidup.
Handoko mengatakan, sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab munculnya gangguan bipolar. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Keterlambatan dan misdiagnosis dapat memberikan dampak meningkatnya risiko bunuh diri, perilaku merugikan.
"Kenapa lebih sering dialami oleh orang berpendidikan tinggi dan sosial ekonomi tinggi? Sebetulnya itu merupakan suatu seleksi alam," cetusnya.
Sementara itu, dr. Agung Kusumawardhani, SpKJ (K), Kepala Departemen Psikiatri RSCM menyampaikan, dari penelitian epidemiologi memang ditemukan bahwa kasus bipolar banyak ditemukan pada mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, tapi bukan berarti mereka yang berpendidikan rendah tidak ada yang terkena.
"Di RSCM cukup banyak pasien bipolar yang mendapatkan layanan Gakin dan SKTM. Jadi mereka ada juga dari kalangan ini," terangnya.

Lebih lanjut Handoko memaparkan, bipolar bukanlah sebuah sifat yang ada pada diri seseorang, tetapi lebih kepada sebuah disorder atau gangguan yang dapat diatasi. Penundaan dalam diagnosis akan mengakibatkan penderita mengalami depresi berat sehingga dapat menunjukkan perilaku yang dapat membahayakan tidak hanya untuk si penderita tetapi juga orang disekitarnya.
Sebagai contoh, kasus kekerasan dalam rumah tangga. Banyak orang menduga bahwa kekerasan yang dilakukan suami kepada isri dikarenakan sifat pribadi bawaan seseorang.
"Padahal ini bukanlah sifat kepribadian, melainkan gangguan yang dapat diatasi," katanya.
Seperti dikutip dari health.kompas.com - Bramirus Mikail

Resiko Bunuh Diri Bagi Mereka Yang Hidup Dengan #BipolarDisorder


Orang dengan bipolar disorder beresiko besar untuk bunuh diri jika mereka tidak mendapatkan pengobatan. Asosiasi Kesehatan Mental Nasional melaporkan bahwa 30% -70% dari korban bunuh diri telah menderita bentuk depresi. Pria melakukan hampir 75% dari kasus bunuh diri, meskipun dua kali lebih banyak wanita mencoba.



Faktor risiko untuk bunuh diri termasuk:

Bipolar Disorder: Tips untuk Keluarga dan Teman
Perawatan berkelanjutan - baik psikoterapi dan pengobatan - adalah penting untuk mengendalikan perubahan suasana hati dari gangguan bipolar. Bagaimana bisa membantu anggota keluarga yang mereka cintai satu tongkat dengan pengobatan?"Pelajari sebanyak mungkin tentang penyakit ini," kata Kay Redfield Jamison, PhD, profesor psikiatri di John Hopkins University School of Medicine dan penulis An Pikiran unquiet."Membaca dan membaca lagi Bergabung dengan grup pendukung.. Anda akan mendapatkan dukungan emosional dan informasi yang Anda butuhkan." Juga, belajar untuk menonton ...

  • Memilik gangguani mental dan penyalahgunaan zat Riwayat keluarga dengan gangguan mental atau penyalahgunaan zat
  • Pernah mencoba bunuh diri sebelumnya
  • Memiliki riwayat keluarga penganiayaan fisik atau seksual
  • Memiliki anggota keluarga atau teman yang telah mencoba bunuh diri
  • Memiliki senjata api atau senjata tajam di rumah
Jika Anda atau seseorang yang Anda tahu adalah beresiko untuk bunuh diri - dan telah menunjukkan tanda-tanda peringatan - jangan meninggalkan mereka sendirian. Carilah bantuan ahli jiwa segera. Orang sering berbicara tentang bunuh diri sebelum mereka mencobanya, jadi perhatikan dengan seksama apa yang mereka katakan dan tanggapi mereka dengan serius.
Tanda-tanda peringatan bunuh diri termasuk:
  • Berbicara tentang bunuh diri
  • Selalu berbicara atau berpikir tentang kematian
  • Membuat komentar tentang menjadi putus asa, tidak berdaya, atau tidak berharga
  • Mengatakan hal-hal seperti "Akan lebih baik jika saya tidak ada di sini" atau "Aku ingin keluar"
  • Memburuknya depresi
  • Sebuah peralihan mood tiba-tiba dari yang sangat sedih untuk menjadi sangat tenang atau muncul untuk menjadi bahagia
  • Mengambil risiko yang bisa menyebabkan kematian, seperti mengemudi melalui lampu merah dengan kecepatan tinggi
  • Kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya digemari
  • Mengunjungi atau menelepon orang-orang yang dianggap peduli


Diet Tepat Bagi Mereka Yang Hidup Dengan #BipolarDisorder


Menurut Institut Kesehatan Mental Nasional lebih dari 5 juta orang setiap tahun mengalami gangguan bipolar. Gangguan bipolar adalah penyakit mental yang ditandai dengan pergeseran ekstrim dalam suasana hati. Emosi umum dapat dengan cepat menjadi intensif dan diperbesar oleh seseorang menderita gangguan bipolar. Selain terapi dan pengobatan, diet yang sehat dapat membantu untuk mengobati gejala gangguan bipolar.

DASAR DIET BIPOLAR
Diet yang sehat dapat membantu mengurangi gejala gangguan bipolar. Diet harus dipandang sebagai langkah dalam proses pengobatan tetapi bukan metode pengobatan saja. Anda masih harus mencari bantuan medis dan berkonsultasi dengan dokter Anda tentang pengaturan rencana diet terbaik. Dasar-dasar dari diet yang sehat bipolar mirip dengan dasar-dasar yang digariskan oleh Departemen Pertanian AS untuk kesehatan secara keseluruhan. Diet untuk mengobati gangguan bipolar harus seimbang, harus didasarkan dan termasuk dalam komponen dari masing-masing kelompok makanan. Aspek pendukung lain adalah menjaga kesehatan termasuk jam tidur yang cukup dan aktivitas fisik secara teratur. Semua hal ini jika dikombinasikan dapat membantu mengurangi stres Anda dan meningkatkan perasaan rileks.

MENINGKATKAN KADAR SEROTONIN MENGATASI GANGGUAN DEPRESI
Salah satu aspek dari gangguan bipolar adalah mengalami fase depresi. Jika ini adalah gejala umum untuk Anda, perlu dipertimbangkan untuk memasukkan makanan yang akan meningkatkan kadar serotonin Anda ketika Anda mulai merasakan gejalanya. Biasanya tingkat serotonin Anda rendah ketika terjadi depresi dan meningkatkan tingkat Anda dapat membantu mengurangi perasaan depresi. Untuk meningkatkan tingkat serotonin Anda, konsumsilah makanan seperti nanas, tomat, alpukat, kenari dan pisang.

MAGNESIUM DAN FASE MANIA
Ketika mengalami serangan mania, Anda akan ingin menghindari makanan yang mampu meningkatkan kadar serotonin. Biasanya, kadar serotonin lebih tinggi jika terjadi fase mania. Untuk membantu mengatasinya, cobalah meningkatkan asupan magnesium Anda. Magnesium adalah mineral yang penting untuk sistem kekebalan tubuh yang sehat dan tubuh yang kuat. Selain itu, juga memiliki kesamaan dengan lithium, yang biasanya digunakan untuk mengobati gangguan bipolar. Makanan yang kaya magnesium termasuk kacang hitam, kacang, kerang, brokoli, bayam dan biji-bijian.

PROTEIN MAKANAN
Protein merupakan bagian penting dari diet seimbang dan tidak boleh ditinggalkan jika mengikuti rencana diet makanan, terutama nabati. Asam amino yang ditemukan dalam sumber-sumber protein dapat membantu mempromosikan kontrol gula darah dan fungsi otak yang sehat. Secara khusus, makanan yang tinggi asam lemak omega-3 membantu untuk mendukung fungsi otak. Asam lemak pada omega 3 biasanya digunakan untuk mengobati penyakit mental seperti depresi, skizofrenia, gangguan defisit perhatian dan gangguan bipolar. Sumber yang paling umum dari asam lemak omega 3 banyak ditemukan pada ikan, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan minyak kacang.

Pesan Tulus Untuk MerekaYang Hidup Dengan #BipolarDisorder


Tak disangka, saya (kembali) menulis mengenai bipolar disorder. Dan latar belakang penulisannya masih sama, atas dasar rasa yang tulus untuk seseorang.
Setiap kita pasti pernah merasa depresi atau euphoria dalam lingkaran hidup yang dijalani. Tapi tak semua orang memiliki kemampuan untuk menghadapi dua rasa yang jamak itu.
Trauma masa lalu, kemampuan memecahkan masalah, dan mekanisme kimiawi tubuh adalah unsur yang membantu kita berhasil melalui dua rasa itu atau justru sebaliknya. Dan bagi pengidap bipolar disorder, dua rasa itu adalah ‘beban’ yang harus mereka pikul seumur hidup.
Sebelum cerita banyak soal Bipolar Disorder, ada baiknya liat thriller film At the Bottom of Everything (Di Dasar Segalanya). Ini film karya Paul Agusta, salah satu sutradara film indie yang berbakat.

Apa kesan yang timbul saat menonton film itu? Mendapat sedikit gambaran soal Bipolar Disorder atau justru memancing seribu pertanyaan tentang mahluk apakah Bipolar Disorder? Sebelum (berusaha) menjawab, saya ingin kasih gambaran bahwa film ini adalah pengalaman sang sutradara. Iya, Paul Agusta adalah pengidap Bipolar Disorder.
Film ini adalah diari visual dari perjalanan Paul ketika harus masuk sanatorium Dharmawangsa, Jakarta. Jujur saya belum berhasil menonton film ini secara full. Salah seorang sahabat saya yang sudah menonton, menyarankan saya untuk menyaksikan film ini ketika mendengar niat saya menulis soal Bipolar Disorder.
Saya sudah coba kontak Paul untuk mencari tahu apakah filmnya sudah dijual dalam bentuk CD atau DVD. Jawabannya, belum. Karena Paul harus merilisnya di Belanda terlebih dahulu. Sebab pemberi donor untuk membuat film ini asalnya dari negara kincir angin itu.
Tapi saya harus menulis tentang Bipolar Disorder, sebagai cara untuk menunjukkan kepedulian saya yang tulus pada seseorang yang pernah begitu dekat dengan saya. Belakangan saya dapat info kalau dia semakin tenggelam dalam aura depresi, emosinya semakin gelap.
Saya, sedikit banyak bisa membayangkan apa yang terjadi. Karena waktu, pernah membawa saya untuk menemani dia menghadapi kelamnya rasa itu. Sama seperti ketika waktu juga menghampiri saya untuk ikut merasakan euforia yang dia rasakan ketika itu.
Tapi saat ini, situasi membuat saya hanya bisa membayangkan. Walaupun ketika saya mendengar ceritanya, tak bisa dipungkiri, hati kecil saya langsung bertanya apa yang bisa kita lakukan? Ternyata pundaknya terus membawa kayu bakar yang tak sekadar membebani tapi juga melukai kulitnya. Ah menuliskannya saja membuat saya deg-degan.
Hingga kemudian salah seorang sahabat saya menyarankan agar saya menulis kembali tentang Bipolar Disorder. Mari kita mulai pesan antara rasa dengan kepedulian ini.
Secara sederhana, bipolar disorder adalah kondisi mental di mana seseorang bisa dengan mudah mengalami euforia atau manic yang kemudian berganti wujud menjadi depresi. Secara biologis, perubahan emosi yang drastis ini terjadi karena adanya produksi hormon kortisol atau hormon stres berlebih dalam otak. Sehingga orang dengan Bipolar Disorder akan sangat mudah tenggelam pada aura depresi.
Salah satu literatur menyebutkan, banyak orang bipolar disorder yang juga mengalami chocolate craving. Sebab secara insting ketika tubuh kelebihan hormon depresi maka akan mencari makanan yang dapat menekan produksi hormon itu. Dan cokelat adalah makanan yang secara umum diketahui bisa meminta tubuh untuk mengeluarkan hormon relaksasi. Sama seperti ketika kita terlalu lapar, produksi insulin akan merosot dan membuat otak memerintahkan kita mencari makanan mengandung karbohidrat tinggi secara insting. Mengapa insting memilih makanan berkarbohidrat? Sebab ini adalah jenis makanan yang bisa dengan kilat menaikkan produksi insulin dalam darah dan kembali membuat kita berenergi.
Tapi sering kali pengidap bipolar disorder tidak tahu ada gangguan pada hormon mereka. Yang mereka mengerti, hidup adalah beban karena semua yang terjadi tidak pernah lepas dari nilai menyempurnakan keadaan. Itu mengapa ciri berikut dari pengidap bipolar disorder adalah perfeksionis. Karena sedikit kesalahan saja bisa menjadi pemicu bagi episode depresi. Bahkan tidak jarang kebahagiaan juga dianggap beban, karena yang mereka pikirkan bahwa kebahagiaan adalah tuntutan bagi mereka untuk menjalankan hidup dengan sempurna. Padahal mereka kesulitan mendefinisikan kesempurnaan karena rasa yang mereka punya hanyalah ketakutan, kegalauan, keterbatasan, dan kesendirian. Seperti yang diucapkan perempuan pada film At the Bottom of Everything, ” Hidup tanpa senja, tanpa fajar. Hidup dalam keterangan yang membutakan, dan kegelapan yang ditemukan, tak ada antaranya.”
Maka mereka akan sangat sering memikirkan kondisi terburuk bukan karena untuk mengantisipasi diri tapi lebih kepada melihat itu sebagai realitas sesungguhnya. Alhasil sebelum melakukan apapun, mereka akan panik dan menarik diri. Menyendiri adalah cara untuk menutupi ketakutan dari menghadapi yang akan datang.
Situasi yang gelap ini pada akhirnya hanya akan melukai diri sendiri. Sebab mereka tidak pernah percaya pada diri sendiri. Mereka jarang merasa bahwa dirinya bisa membuat dunia menjadi lebih baik. Dunia ini fana maka kita ikut menjadi bagian dari kefanaan. Depresi adalah periode kelam yang panjang bagi pengidap bipolar disorder.
Itu kenapa dalam filmnya, Paul bercerita, betapa pengidap bipolar disorder hanya akan jatuh, jatuh, dan jatuh. Karena mereka tidak pernah berhasil menyembuhkan luka dari tubuh (baca : diri mereka). Alhasil rasa kelam dan depresi itu ibarat tikus yang mengrogoti seluruh tubuh tanpa ampun. Menurut saya pemilihan tikus pada film Paul adalah metafora yang tepat. Sebab tikus adalah binatang pengerat yang hobinya menggrogoti apapun. Dan apabila dibiarkan, tikus bisa menyelinap ke kamar tidur kita untuk kemudian berkoloni di mana pun.
Pernah mencoba membunuh tikus? Kita gunakan perangkap, paling hanya berhasil beberapa kali. Sebab tikus salah satu mamalia yang mengalami proses belajar untuk bertahan hidup. Sebenarnya cara untuk membuat tikus malas bertandang ke rumah adalah dengan tidak menyediakan ruang bagi dia untuk merasa nyaman. Tapi rasanya sangat mustahil, sebab tikus juga bisa hidup di gorong yang paling jorok atau gelap sekali pun. Itu mengapa melalui analogi tikus, Paul coba menggambarkan pada titik tertentu, semua kita memiliki potensi untuk menjadi bipolar disorder.
Hanya saja pada orang yang berhasil menghapus potensi itu, mereka punya keberanian untuk menuntaskan kekelaman dengan cepat. Sedangkan bagi pengidap bipolar disorder, itu adalah tantangan terberat mereka. Selain karena masalah hormon, mereka sudah terbiasa untuk mengurung diri dalam kekelaman. Alhasil, mereka merasa digrogoti rasa gelap yang kemudian menjadi bagian dari diri mereka. Bagian dari eksistensinya. Padahal mereka hanya tidak tahu dan tidak berani menemukan cara membunuh rasa takut.
Rasa takut memang bukanlah hal yang menyenangkan. Itu adalah undangan untuk depresi. Dan saat mereka merasa tak ada lagi cara dari berhenti bertatapan dengan rasa takut, yang mereka pikirkan adalah mengakhiri hidup. Maka penelitian membuktikan 1 dari 5 pengidap bipolar memutus rasa takut dengan memotong jalan hidup. Ini juga yang menjadi salah satu ciri pengidap bipolar disorder, mereka sering berpikir mengakhiri kehidupan. Bahkan beberapa diantara mereka tak ingin menyimpan benda-benda tajam karena takut tergoda untuk menggunakannya ketika periode depresi datang menghampiri.
Tapi bukan hanya depresi yang menjadi tantangan bagi pengidap bipolar disorder. Ada emosi yang namanya manic, dimana semua yang terjadi akan diartikan dengan euforia yang berlebihan. Ini ditandai dengan memiliki energi berlebih, tidak bisa menyimpulkan satu ide dengan jelas karena pikirannya akan loncat dari satu topik ke topik lain tanpa terlihat garis besarnya, impulsif (keuangan, perasaan, tingkah laku), agresif, bicara terlalu cepat, sampai tidak bisa tidur.
Sebenarnya baik dalam keadaan depresi atau manic, pengidap bipolar akan sulit sekali untuk tidur di malam hari. Karena malam hari adalah hari terberat bagi mereka. Saat depresi, sepinya malam akan menjadi aura sempurna untuk menghitung beban yang dipikul. Dan ketika manic, malam akan menjadi waktu yang sempurna untuk mengekspresikan euforia yang melintas. Itu mengapa, salah satu cirinya adalah akan mengalami masalah pada jam tidurnya.
Biasanya di saat manic, mereka akan menghasilkan banyak karya. Di saat manic inilah mereka bisa mencicipi rasanya optimisme dan penuh energi. Beberapa orang terkenal yang berhasil membuat karya terbaik saat episode manic adalah Vincent van Gogh, Ludwig van Beethoven, Jimi Hendrix, dan Axl Rose.
Lalu bagaimana membedakan bipolar disorder dengan depresi atau euphoria biasa? Bukankah ini juga yang sering kita rasakan. Perbedaanya adalah pada pergantian emosi yang begitu cepat. Dan kedua emosi itu akan datang berdampingan. Sehingga sering kali mereka tidak bisa membuat keputusan apapun, bahkan untuk hal-hal sederhana yang dihadapi. Pada level inilah terlihat pergantian emosi telah memengaruhi kualitas hidup mereka.
Dan ketika tekanan sekitar (masalah pekerjaan, keluarga, interaksi sosial, atau asmara) mulai terasa menuntut terlalu banyak, ini akan membawa pengidap bipolar disorder pada gelapnya depresi yang panjang. Bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan hampir sebagian besar hidup mereka diisi dengan depresi.
Selalu berhadapan dengan depresi adalah hal yang meletihkan dalam menjalani hidup yang sudah begitu penuh warna-warni ini. Dan rasa letih ini pun juga akan dirasakan orang-orang di sekitar pengidap bipolar. Bagi yang tidak mengerti, pilihannya akan sangat mudah, menjauhi atau mengurangi interaksi dengan pengidap bipolar. Tapi bagi keluarga atau teman hidup, pilihannya tidak sesederhana itu.
Dari salah satu literatur yang saya kumpulkan, ada disebutkan pengidap bipolar memiliki kecendrungan untuk selalu gagal dalam menjalin asmara. Dan bagi yang sudah menikah, risiko bercerainya bisa 2 kali lebih tinggi dibanding yang tidak memiliki bipolar disorder. Fakta ini ditemukan pada masyarakat Amerika yang memang sudah lebih terbuka mengenai bipolar disorder.
Bagi pengidap bipolar disorder, kegagalan dalam menjalin hubungan adalah salah satu curam yang akan menyeret pada episode depresi yang dalam. Itu mengapa, pengertian akan bipolar disorder juga harus dimiliki oleh pasangan pengidap bipolar.  Dengan begitu, pengidap bipolar bisa melalui episode-episode emosinya dengan seorang pasangan yang memang siap untuk membantu menaikkan mood-nya ketika depresi dan menormalkan energinya ketika manic.
Tapi pada kondisi tertentu, pengidap bipolar juga memiliki kecenderungan untuk berbohong. Berbohong untuk menjaga interaksi yang berhasil dibentuk atau berbohong untuk mengondisikan keadaan sesuai harapan.  Namun kebohongan menjadi lingkaran setan bagi pengidap bipolar disorder. Sebab ini hanya akan menarik mereka pada ketakutan yang dalam. Hingga pada akhirnya hanya akan membuat mereka masuk dalam perilaku yang kurang bertanggung jawab, royal, impulsif, bahkan promiscuity.
Ini semacam penawar yang mereka pilih secara tidak sadar untuk keluar dari ketakutan akibat pilihan untuk berbohong. Sebab emosi yang terbangun ketika merasakan semua itu bagian dari periode manic-depressive yang sangat cepat berganti. Mereka seolah-olah merasa berhasil keluar dari periode depresi dengan menciptakan impulsifitas sehingga seolah tengah berada di emosi manic yang menyenangkan.
Melihat begitu peliknya perputaran dunia yang dihadapi pengidap bipolar disorder, adalah satu kebutuhan mutlak bagi mereka untuk meminta bantuan dari seorang psikiater. Sebab psikiater akan membantu mereka menemukan di mana titik awal kejatuhan yang kemudian menarik mereka ke dalam lorong gelap bersama ‘tikus-tikus’ pengerat.
 Percayalah, bantuan dari ahli akan mampu melepaskan pengidap bipolar disorder dari roller coaster emosi yang memusingkan kepala dan membutakan warna kehidupan. Psikiater akan memberikan serangkaian pertanyaan yang dapat menggambarkan pengidap bipolar disorder telah memasuki tahap bipolar 1, 2, atau mungkin diantaranya. Mereka juga akan memberikan obat untuk membantu otak memproduksi hormon emosi dengan proporsional.
Paul Agusta adalah salah satu contoh nyata dari pengidap bipolar disorder yang pelan-pelan berhasil menjalani hidup dengan normal. Dia terus berusaha untuk bangkit, meski sulit tapi film At the Bottom of Everything menjadi salah satu episode nyata dalam hidupnya bahwa manic dan depresi bisa dikendalikan.
Takut terlalu panjang, toh saya juga bukan ahli yang tepat untuk menggambarkan bipolar disorder secara detail. Pada akhirnya saya hanya ingin menuliskan, bahwa saat ini, saya tengah meletakkan kedua tangan saya di dada. Meminta Sahabat Hidup saya mau membukakan hati seorang yang tengah mengalami roller coaster emosi agar mau mendapat bantuan dari psikiater.
Mungkin dulu tidak disadari, tapi saat saya pertama kali menulis mengenai bipolar disorder, saya bertanya pada psikolog yang saya wawancara apa yang seharusnya saya lakukan untuk menjadi pendamping yang baik pada wahana emosi tersebut. Dan apa yang dibisikkan psikolog itulah yang kemudian saya coba aplikasikan. Sampai pada akhirnya, saya tidak bisa menemaninya kembali.
Menemaninya ketika tiba-tiba Tuhan menghampirinya di sebuah ruang dalam kedinginan malam. “Tuhan ada di sini, menyentuh pundakku. I can feel it Pris. Kenapa dia mau menghampiriku ya.” Tulisnya ketika baru saja berkenal dan tak lama kemudian dia bercerita mengenai ketakutannya. Di saat itulah, saya menangkap dirinya terlalu terbebani oleh ‘kayu bakar’ yang kemudian saya tahu bernama bipolar disorder. Atau saat begitu banyak kegagalan terjadi dalam hitungan detik selama beberapa hari berturut-turut. “Apa ini karma ya? Atau emang aku lagi sial aja.” Pembicaraan singkat yang kemudian merubah segalanya karena periode manic itu datang dengan cepat, tanpa saya ketahui wujudnya.
Maka melalui tulisan ini, seperti dulu ketika waktu mempercayakan saya untuk menjadi penyemangat dan pelukis derai tawa pada wajah murungnya, saya berharap ini akan sedikit menyadarkan sudah waktunya untuk menemukan kejatuhan emosi pertama. Berhenti melelapkan diri pada rasa sakit dan menyisakan rasa sakit pada orang-orang yang ditemui. Sudah waktunya berhenti menaiki wahana emosi ini. Karena kayu bakar itu bukan untuk dibawa terus menerus, tapi untuk diletakkan di tanah pada setiap jalan yang dilalui. Dengan begitu, pundak akan kembali tegak dan membuat mata bisa membentuk garis tegak lurus yang jelas untuk menatap horizon.
Tidak mudah bagi saya untuk menuliskan pesan tulus ini, ada emosi yang ingin menghentak tapi ada juga rasa untuk menghapus kemurungan.  Saya bahkan mengajak Sahabat Kehidupan saya untuk merumuskan semua ini. Dan pilihannya adalah ini, pembahasan lengkap mengenai bipolar. Semoga siapa saja yang mengalami ini bisa dengan sadar untuk keluar dari kekelaman rasa. Dan untuk siapa saja yang memiliki atau mengenal orang dengan ciri-ciri bipolar disorder, bisa dengan sadar menemani mereka keluar dari gelapnya gorong-gorong emosi.
Semoga ini juga yang akan ditangkap oleh seseorang yang pernah saya kenal dengan dekat. Bahwa ternyata es krim itu bukan entitas yang ada untuk kemudian dihabiskan dan dilupakan, melainkan realitas yang membantu kita mengartikan rasa, seperti ketulusan rasa.
Seperti dikutip dari goresan http://flyingsolighttothesky.wordpress.com/author/butterflycircle/


Bipolar Disorder, Apa Itu?

 Bipolar disorder adalah jenis penyakit psikologi, ditandai dengan perubahan mood (alam perasaan) yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania. Pengambilan istilah bipolar disorder mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang ekstrim.
Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi , seseorang yang menderita bipolar disorder memiliki mood swings yang ekstrim yaitu pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap bipolar disorder bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Namun, ketika mood-nya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri (depresi). Dahulu, penyakit ini disebut dengan "manic-depressive". Suasana hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania atau, jika ringan, hypomania . Individu yang mengalami episode manik juga sering mengalami episode depresi, atau gejala, atau episode campuran dimana kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode "normal" suasana hati (mood) , tetapi, dalam beberapa depresi, individu dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat, yang dikenal sebagai “rapid-cycle”. Manic episode Ekstrim kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikotik seperti delusi dan halusinasi . Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik. Gangguan tersebut telah dibagi menjadi bipolar I , bipolar II, cyclothymia , dan jenis lainnya, berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat keparahan episode mood; kisaran sering digambarkan sebagai spektrum bipolar.
Bisa dikatakan bahwa insiden gangguan bipolar tidak tinggi antara 0,3-1,5 persen. Tapi angka tersebut belum termasuk yang misdiagnosis (biasa terdiagnosis sebagai skizofrenia). Gangguan jiwa bipolar saat ini sudah menjangkiti sekitar 10 hingga 12 persen remaja di luar negeri. Di beberapa kota di Indonesia juga mulai dilaporkan penderita berusia remaja. Resiko kematian terus membayangi penderita bipolar dan itu lebih karena mereka mengambil jalan pintas.

Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap penyakit bipolar.

Tanda dan gejala Bipolar Disorder
Bipolar disorder dapat terlihat sangat berbeda pada orang yang berbeda. Gejala bervariasi dalam pola mereka, keparahan, dan frekuensi. Beberapa orang lebih rentan terhadap baik mania atau depresi, sementara yang lain bergantian sama antara dua jenis episode. Beberapa gangguan mood sering, sementara yang lain hanya mengalami sedikit selama seumur hidup.
Ada empat jenis mood episode dalam Bipolar Disorder: mania, hypomania, depresi, dan episode campuran. Setiap jenis mood episode bipolar disorder memiliki gejala yang unik.

a.Tanda dan Gejala Mania
Gejala-gejala dari tahap mania bipolar disorder adalah sebagai berikut:
  1. Gembira berlebihan
  2. Mudah tersinggung sehingga mudah marah
  3. Merasa dirinya sangat penting
  4. Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
  5. Penuh ide dan semangat baru
  6. Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
  7. Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
  8. Nafsu seksual meningkat
  9. Menyusun rencana yang tidak masuk akal
  10. Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
  11. Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
  12. Menghamburkan uang
  13. Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
  14. Merasa sangat mengenal orang lain
  15. Mudah melempar kritik terhadap orang lain
  16. Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
  17. Sulit tidur
  18. Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam
b.Tanda dan Gejala Hypomania
Hypomania adalah bentuk kurang parah mania. Orang-orang dalam keadaan hypomanic merasa gembira, energik, dan produktif, tetapi mereka mampu meneruskan kehidupan mereka sehari-hari dan mereka tidak pernah kehilangan kontak dengan realitas. Untuk yang lain, mungkin tampak seolah-olah orang dengan hypomania hanyalah dalam suasana hati yang luar biasa baik. Namun, hypomania dapat menghasilkan keputusan yang buruk yang membahayakan hubungan, karier, dan reputasi. Selain itu, hypomania sering kali dapat "naik kelas" untuk mania penuh dan terkadang dapat diikuti oleh episode depresi besar.

Tahap hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko yang sama dengan mania.Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder adalah sebagai berikut: 1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas. 2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah. 3. Penurunan kebutuhan untuk tidur.

c. Tanda dan Gejala Depresi Bipolar
Gejala-gejala dari tahap depresi bipolar disorder adalah sebagai berikut:
  1. Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan
  2. Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas
  3. Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu
  4. Tidak mampu merasakan kegembiraan
  5. Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga
  6. Sulit konsentrasi
  7. Merasa tak berguna dan putus asa
  8. Merasa bersalah dan berdosa
  9. Rendah diri dan kurang percaya diri
  10. Beranggapan masa depan suram dan pesimistis
  11. Berpikir untuk bunuh diri
  12. Hilang nafsu makan atau makan berlebihan
  13. Penurunan berat badan atau penambahan berat badan
  14. Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan
  15. Mual, mulut kering, Susah BAB, dan terkadang diare
  16. Kehilangan gairah seksual
  17. Menghindari komunikasi dengan orang lain
Hampir semua penderita bipolar disorder mempunyai pikiran tentang bunuh diri dan 30% diantaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.



 d. Tanda dan Gejala Episode Campuran
Sebuah episode bipolar disorder campuran dari kedua fitur gejala mania atau hypomania dan depresi. Tanda-tanda umum episode campuran termasuk depresi dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, distractibility, dan pikiran berlomba (Flight of idea). Kombinasi energi tinggi dan rendah membuat suasana hati (mood) penderita beresiko yang sangat tinggi untuk bunuh diri.
Dalam konteks bipolar disorder, episode campuran (mixed state) adalah suatu kondisi dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlal-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat. Alkohol, narkoba, dan obat-obat antipedresan sering dikonsumsi oleh penderita saat berada pada epiode ini. Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusion, dan hallucination. Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut. 1. Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya. 2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian. 3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol. 4. Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon. Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang mengetahuinya sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan meninggalkan penderita sendirian, dan jauhkan benda-benda atau peralatan yang beresiko dapat membahayakan penderita atau orang-orang disekelilingnya.

Faktor Penyebab Bipolar Disorder

  • Genetik
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko mengidap bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada bipolar disorder pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu episode gangguan mood.

  • Fisiologis
1. Sistem Neurochemistry dan Mood Disorders
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap bipolar disorder adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak.
Sebagai organ yang berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya.
Norepinephrin, dopamine, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam penghantaran impuls syaraf. Pada penderita bipolar disorder, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang.
Sebagai contoh, suatu ketika seorang pengidap bipolar disorder dengan kadar dopamine yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif, dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi.
Fase ini terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.
Seseorang yang menderita bipolar disorder menandakan adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system (BAS).
BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh reward (pencapaian tujuan) dari lingkungannya.
Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert(bersifat terbuka), peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur.
Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan dopamine dan perilaku untuk memperoleh reward.
Peristiwa kehidupan yang melibatkan reward atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi.
Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan pada episode mania.
2. Sistem Neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus.Hipotalamus berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituarity. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi

  • Lingkungan
Bipolar Disorder tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang tertentu secara genetik cenderung untuk bipolar disorder. Namun tidak semua orang dengan kerentanan mewarisi penyakit berkembang, menunjukkan bahwa gen bukanlah satu-satunya penyebab. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak orang dengan bipolar disorder. Dalam penelitian lain disebutkan, poin ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi tiroid yang abnormal, gangguan ritme sirkadian, dan tingkat tinggi hormon stres kortisol. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat dalam pengembangan bipolar disorder. Faktor-faktor eksternal yang disebut pemicu. Pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi atau membuat gejala yang ada buruk. Namun, banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu munculnya bipolar disorder.
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya BD, antara lain:
  1. Stress - peristiwa kehidupan Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai, dipecat.
  2. Penyalahgunaan Zat - Meskipun penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.
  3. Obat - obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu over-the-counter, penekan nafsu makan, kafein, kortikosteroid, dan obat tiroid.
  4. Perubahan Musiman - Episode mania dan depresi sering mengikuti pola musiman. Manic episode lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode depresif lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara dengan 4 musim).
  5. Kurang Tidur - Rugi tidur-bahkan sesedikit melewatkan beberapa jam istirahat-bisa memicu episode mania

Self-help untuk bipolar disorder
Sementara berurusan dengan bipolar disorder tidak selalu mudah, tidak harus menjalankan kehidupan Anda. Tetapi untuk sukses mengelola bipolar disorder, Anda harus membuat pilihan cerdas. gaya hidup Anda dan kebiasaan sehari-hari memiliki dampak yang signifikan terhadap suasana hati Anda. Baca terus untuk cara-cara untuk membantu diri Anda sendiri:
1. Dapatkan pendidikan tentang cara mengatasi gangguan.
Pelajari sebanyak yang Anda bisa tentang bipolar. Semakin banyak Anda tahu, semakin baik Anda akan berada dalam membantu pemulihan Anda sendiri.
2. Jauhkan stress.
Hindari stres tinggi dengan menjaga situasi keseimbangan antara pekerjaan dan hidup sehat, dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam.
3. Mencari dukungan
Sangat penting untuk memiliki orang yang dapat Anda berpaling untuk meminta bantuan dan dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok pendukung atau berbicara dengan teman yang dipercaya.
4. Buatlah pilihan yang sehat.
Sehat tidur, makan, dan berolahraga kebiasaan dapat membantu menstabilkan suasana hati Anda. Menjaga jadwal tidur yang teratur sangat penting.
5. Monitor suasana hati Anda.
Melacak gejala Anda dan perhatikan tanda-tanda bahwa suasana hati Anda berayun di luar kendali sehingga Anda dapat menghentikan masalah sebelum dimulai.