Sunday, April 28, 2013

There's Always Light at The End of Your Tunnel: Harapan Pemulihan Untuk Mereka Yang Hidup Dengan Gangguan Jiwa


Penderita gangguan jiwa bisa pulih, dalam arti bisa hidup, aktif bekerja dan berfungsi normal sebagaimana anggota masyarakat lainnya. Beberapa prinsip dasar proses pemulihan adalah sebagai berikut:
  • Pemulihan adalah suatu proses membangun suatu kehidupan yang berarti dan memuaskan sebagaimana didefinisikan oleh penderita sendiri, meskipun kadang ada kondisi kambuh.
  • Pemulihan adalah gerakan menjauh dari kelainan, penyakit dan gejala menuju ke arah yang lebih sehat, kuat dan sejahtera
  • Harapan adalah titik pusat dari proses pemulihan. Harapan timbul antara lain karena adanya “contoh” atau role model dari mereka yang pulih.
  • Keluarga dan teman teman penderita berperan penting dalam proses pemulihan. mereka perlu dilibatkan dalam proses pemulihan. Yang diperlukan penderita adalah mereka yang mempunyai kemauan memberi semangat dan memperkuat harapan, penuh perhatian, dan tidak mudah patah semangat.
Menurut  Andresen, R., Oades, L., dan  Caputi (2003) ada 4 komponen dari proses pemulihan, yaitu:
  1. Menemukan dan memupuk “harapan”. Timbulnya harapan merupakan pusat dari proses pemulihan. Tanpa timbulnya harapan, tidak akan ada proses pemulihan.
  2. Membentuk kembali “identitas positif”. Dalam proses pemulihan, juga diperlukan adanya identitas yang lain selain identitas sebagai penderita gangguan jiwa. Penderita tetap mempunyai gejala gangguan jiwa, namun mereka juga mempunyai identitas positif lainnya, seperti: pelajar, mahasiswa, pegawai, pengusaha, ayah/ibu, dll.
  3. Membangun kehidupan yang berarti. Kehidupan yang berarti bisa dicapai dengan membangun hidup yang bermanfaat bagi sekitar merupakan salah satu komponen penting dari proses pemulihan. 
  4. Mengambil tanggung jawab dan kendali. Dalam proses pemulihan, penderita gangguan jiwa tidak hanya menggantungkan diri pada dokter dan orang lain, tapi secara aktif dan bertanggung jawab mengusahakan pemulihan dirinya.

Sudahkah Anda Memaafkan Diri Anda Sendiri Hari Ini?: Inilah Langkah-langkah Berdamai Dengan Diri Sendiri


Memaafkan diri sendiri berarti menghapus segala kekhawatiran dan ketakutan yang kerap muncul dalam menghadapi masa-masa sulit. Rasa takut ini seringkali menjadi jebakan yang membuat Anda pesimis dan menyalahkan diri sendiri. Padahal, jika Anda dapat berdamai dengan diri sendiri, Anda dapat melalui masa-masa sulit dengan fokusdan penuh ketenangan.

1. Menerima kenyataan
Alih-alih protes pada diri sendiri akan segala keterbatasan yang dimiliki, mengapa tidak menerima diri Anda apa adanya? Menerima kenyataan merupakan titik awal dari sikap optimis dan pandangan jernih terhadap diri. Jangan dulu mengira Anda tidak layak mendapat kesempatan emas. Anggap ini sebagai perpanjangan waktu bagi Anda untuk menunjukkan usaha lebih keras. Percayalah, melalui keterbatasan apapun yang Anda miliki, Anda akan menemukan solusi alternatif untuk menyiasatinya.

2. Belajar ikhlas
Mengalah bukan berarti kalah. Saat Anda menghadapi kegagalan, di saat itu pulalah kekuatan Anda bertambah. Pepatah mengatakan, orang yang kuat adalah orang yang banyak menerima cobaan. Kekuatan akan semakin bertambah jika Anda mempertebal keikhlasan dalam menerima kegagalan. Alih-alih menggerutu sambil menahan kecewa,mengapa tidak mencari tahu titik kelemahan dan mencoba untuk memperbaikinya? 

3. Senyum
Saat Anda gagal meraih keinginan, tersenyumlah. Gerakan rahang dan tulang pipi saat tersenyum akan mengaktifkan sensor syaraf dalam otak yang memicu produksi hormon bahagia.Saat Anda tersenyum--walau dipaksakan--hormon-hormon baik dalam otak akan membuang bad mood dari pikiran. Hindari menyalahkan diri sendiri atas kegagalan yangdialami dan mulailah memasang senyum termanis di wajah Anda.

Berdamai dengan diri sendiri merupakan cara yang paling ampuh untuk bisa lebih menikmati hidup. Latihlah diri Anda untuk terus berdamai!

(ratna@oktomagazine.com)

Saturday, April 27, 2013

Lebih Jauh Menganai Kaitan Antara Trauma dan Gangguan Bipolar


Apakah ada hubungan antara trauma masa kecil dan gangguan bipolar?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita mulai dengan mempertimbangkan apa itu gangguan bipolar. Ini adalah penyakit mental yang ditandai dengan periode perilaku yang sangat gembira atau bersemangat. Seperti depresi, gangguan bipolar diklasifikasikan sebagai gangguan mood, karena gejala utamanya diwujudkan secara emosional. Orang yang menderita gangguan bipolar kadang bergantian antara depresi dan episode manik yang merupakan ciri khas dari gangguan bipolar ini.

Sebuah episode manic didefinisikan sebagai periode emosi memuncak dari siklus normal yang berlangsung seminggu atau lebih. Untuk memenuhi kriteria psikologis untuk episode manic, perilaku seseorang harus cukup parah untuk mempengaruhinya didalam pekerjaan dan hubungannya dengan orang lain. Orang-orang dalam pergolakan episode manik tidak tidur, meningkatnya kebutuhan untuk pemenuhan kepentingan mereka sendiri dan sering berbicara dengan cepat ketika mereka mencoba untuk bersaing dengan pikiran mereka yang sedang berpacu. Meskipun mereka memiliki rencana yang visioner, mereka mudah sekali terganggu moodnya dan sering tidak bisa menyelesaikan apa yang sudah mereka rencanakan sebelumnya. Mereka juga dapat dikenali dari perilaku mereka yang sembrono, seperti perjudian atau perselingkuhan, tanpa memikirkan konsekuensinya.

Penyebab pasti dari gangguan bipolar tidak diketahui. Studi menunjukkan bahwa gangguan bipolar memiliki komponen genetik atau diturunkan dari generasi ke generasi. Gangguan bipolar juga dapat disebabkan oleh perubahan biologis di otak, seperti ketidakseimbangan bahan kimia yang dikenal sebagai neurotransmitter.

Jadi sekarang, apa korelasinya antara pengalaman traumatis masa kecil sebagai salah satu faktor pencetus gangguan bipolar?
Pertama, mari kita mempertimbangkan apa yang dimaksud dengan trauma masa kanak-kanak. Ini bisa mengindikasikan trauma fisik atau psikologis atau kombinasi dari keduanya. Trauma fisik mengacu pada luka fisik yang sebenarnya atau cedera, sedangkan trauma psikologis dapat disebabkan oleh trauma fisik atau oleh sesuatu yang anak tersebut saksikan dan membekas juga bisa lewat satu pengalaman yang membuat anak tersebut terluka secara emosional.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang yang diabaikan, dilecehkan atau mengalami stres berat pada masa kanak-kanaknya lebih mungkin untuk memiliki ketidakstabilan mood pada saat ia beranjak dewasa. Para peneliti juga menemukan fakta bahwa trauma masa kecil adalah penyebab umum gangguan bipolar di antara banyak kasus.
Sebanyak 50 persen melaporkan insiden trauma masa kecil, termasuk pengabaian anak, luka emosional, fisik dan pelecehan seksual. Selanjutnya, melalui peristiwa kehidupan yang menantang: sebuah keluarga yang disfungsional, kemunduran karir atau pelecehan, dapat memperburuk gangguan bipolar dan membuat pemulihan lebih sulit.



Friday, April 26, 2013

Pikirkanlah Apa Yang Anda Pikirkan: Inilah Alasannya - Fakta Menarik Seputar Kekuatan Pikiran


FAKTA #1

Otak manusia terdiri dari 30 milliar neuron atau syaraf otak yang bekerja dengan dahsyat melebihi kemampuan super komputer apapun di dunia ini.
Neuron inilah yang bekerja dengan dahsyat menciptakan keajaiban dalam hidup anda. Proses berpikir yang rumit sangat menentukan keadaan hidup manusia. Sukses atau gagal, kaya atau miskin, dan lain-lain, sesungguhnya ditentukan oleh neuron-neuron ini.
Sesungguhnya jika manusia mengerti bagaimana otak manusia bekerja dia dapat mengendalikan masa depannya, dan menjadi sukses. Seperti apa seseorang sesungguhnya ditentukan oleh cara berpikir. Seperti perkataan “You are what you think” (anda adalah apa yang anda pikirkan). Jadi sikap dan kondisi hidup anda menggambarkan seperti apa anda berpikir.
FAKTA #2
Memory otak manusia memilki kapasitas 30-70 triliun giga melebihi memory super komputer apapun di dunia.
Semua yang kita lihat, dengar, rasakan, dan alami semua terekam dalam memori manusia yang berkapasitas super besar itu. Anda bisa bayangkan berapa besar ‘file’ yang anda simpan dalam memori anda selama puluhan tahun hidup anda. Semua hal baik yang positif maupun negatif akan terekam dalam memori anda. Dan pengalaman-pengalaman inilah yang akan menentukan sifat anda. Kalau memori anda merekam lebih banyak hal-hal yang negatif maka anda akan cenderung negatif. Anda akan selalu memiliki sifat “negative thinking”. Jika hal-hal positif yang lebih dominan maka anda akan memiliki sifat “positive thinking”. Anda dapat membuktikan sendiri, dengan siapa anda bergaul dan di lingkungan mana anda berada itulah yang akan menentukan sifat dan sikap anda seperti apa. Karena pengalaman di lingkungan anda itulah yang akan terekam kuat dalam pikiran bawah sadar anda dan mengendalikan cara berpikir, bertindak dan mengambil keputusan dalam hidup anda.
FAKTA #3
Pikiran manusia terhubung dengan alam semesta yang dalam bahasa psikology disebut UNIVERSAL CONCIOUSNESS (pikiran alam semesta) atau dalam bahasa biologi disebut MORPHOGENETIC FIELD (medan morfogenetika).
Selanjutnya, seperti sudah disebutkan di atas, dalam otak manusia terdapat 30 miliar neuron atau syaraf otak. Dan luar biasanya dalam setiap neuron terdapat kumpulan atom yang besar yang beroperasi seperti komputer yang dapat berhubungan satu sama lain melalui jaringan otak. Otak manusia beroperasi seperti komputer tetapi dalam skala yang jauh lebih dahsyat.
Bandingkan dengan fakta berikut ini. Hampir semua komputer kantor saling terhubung dan mampu berkomunikasi dengan komputer lain di kota bahkan negara lain hanya karena satu modem yang menghubungkan semua jaringan. Misalnya data-data bank yang besar dapat diakses dari komputer lain pada kantor bank yang sama di kota yang berbeda atau negara lain. Karena komputer-komputer tersebut saling terhubung. Dan hal ini terjadi karena adanya jaringan internet.
Nah, pada saat-saat tertentu pikiran manusia juga memiliki keterhubungan dan kemampuan yang sama. Dengan kata lain pikiran manusia, seperti jaringan komputer, terhubung dengan pikiran manusia yang lain, dan keterhubungan itu dapat dipicu atau diciptakan melalui alam semesta. Psikolog ternama Karl Jung menyebut mysteri keterhubungan pikiran ini “universal conciousness” (kesadaran/pikiran alam semesta) dan ahli biologi Rupert Sheldrakemenyebutnya “morphogetic field” (medan morfogenetika) dan kita menyebutnya “super mind”.
Semua mahkluk hidup memiliki “medan energy” (energy field) yang khas. Pada tahun 1940 Harold Burr, seorang neuroatomist dari Yale University, mengadakan penelitian mengenai “medan energy” tersebut. Dan dia menemukan bahwa semua mahluk hidup memiliki “medan energy” bahkan medan energy tersebut sudah dapat dideteksi pada tahap embrio.
Kesimpulannya adalah energi-energi inilah yang menghubungkan satu mahluk dengan mahkluk yang lain. Itulah sebabnya pada saat-saat tertentu akan terjadi kontak energy. Suatu penelitian  di Jepang diadakan terhadap seratus ekor monyet di suatu pulau yang terpencil. Seekor monyet yang dianggap paling pandai dari yang lain dipilih dan dilatih. Monyet itu dilatih bagaimana mencuci kentang. Setelah dicoba pada monyet-monyet lain ternyata mereka lebih cepat menguasai ‘keahlian’ itu karena satu ekor monyet tadi sudah terlebih memiliki ‘keahlian’ mencuci kentang.
Dan satu hal yang lebih mengejutkan adalah beberapa bulan kemudian kelompok monyet lain yang berada di pulau yang lain yang agak berjauhan, entah bagaimana, juga tahu bagaimana mencuci kentang seperti yang diajarkan pada kelompok monyet di pulau yang satu tadi. Sekali lagi hal ini membuktikan temuan “shared intelligence” (memiliki pikiran/inteligen yang sama) di atas. Medan energy monyet tersebut ter-transfer ke kelompok yang lain sehingga mereka juga memiliki pengetahuan yang sama.
Pada manusia medan energy ini jauh lebih kuat, dan karena itu keterhubungan atau koneksi antar manusia itu jauh lebih kuat. Keterhubungan ini sering disebut dengan istilah ‘hubungan pikiran’ atau ‘hubungan batin’ (mental connection), dan hubungan ini akan lebih terasa oleh mereka yang memiliki hubungan darah seperti orang tua dan anak, adik kakak, atau saudara. Itulah sebabnya jika sesuatu terjadi pada saudara kita, kita akan merasakan sesuatu yang sering kita sebut “firasat”. Hal ini terjadi karena adanya ‘mental connection’ atau ‘hubungan batin’ tadi.
Darimana dan mengapa ada perasaan seperti itu? Seperti dikatakan di atas, kita merasakan semua itu karena ada alam semesta yang menghubungkan melalui medan energi tadi, seperti ‘sinyal’ yang menghubungkan pikiran yang satu dengan yang lain.
FAKTA #4

Pikiran manusia saling berinteraksi setiap saat tanpa disadari.
Tanpa disadari pada level pikiran bawah sadar terjadi komunikasi antar pikiran. Kita saling mengirim pesan baik itu positif maupun negatif tanpa sadar. Jika pesan positif yang diterima maka akan terjadi interaksi yang positif. Coba perhatikan ada orang yang baru saja bertemu tetapi rasanya sudah lama bertemu. Biasanya ada komentar seperti ini “Kok sepertinya kita sudah lama kenalan, padahal baru ketemu sekarang?”
Saya ingat ketika saya bertemu dengan seorang bapak pada suatu pertemuan. Kami baru bertemu pada hari itu. Tetapi entah mengapa percakapan kami berlangsung sangat akrab seolah-oleh kami sudah lama berteman. Ini tandanya bahwa ada komunikasi positif pada level pikiran bawah sadar.
Hal ini dapat juga dibuktikan pada fenomena yang satu ini. Pasti anda sudah tahu istilah “love at the first sight” (cinta pada pandangan pertama), bukan? Seseorang langsung saling tertarik atau jatuh cinta kepada orang yang lain pada pertemuan pertama. Mengapa demikian?
Hal yang sebaliknya juga dapat terjadi. Ada juga orang langsung tidak senang atau tidak menyukai sesorang pada pertemuan pertama tanpa alasan yang jelas. Mengapa? Seperti sudah disebutkan di atas karena telah terjadi komunikasi tanpa sadar pada level pikiran bawah sadar.
FAKTA #5

Pikiran manusia pada saat tertentu menjelajah di alam semesta.
 Temuan lain yang menarik adalah bahwa pikiran manusia menjelajah pada saat-saat tertentu. Memang agak sulit untuk diterima oleh akal sehat. Tetapi sehubungan dengan apa yang disebut dengan pikiran alam semesta (universal consciousness)  di atas maka ditemukan juga bahwa pada saat-saat tertentu pikiran manusia menjelajah lewat pikiran bawah sadarnya.
Bagaimana dengan pengalaman pribadi anda? Mungkin anda juga kurang yakin. Pernahkah anda bermimpi bertemu dengan seseorang yang anda tidak kenal atau orang yang anda tidak harapkan untuk masuk dalam mimpi anda? Pernah kan? Pertanyaan di sini adalah: Mengapa anda tiba-tiba saja memimpikan orang itu? Jawabannya adalah karena pikiran manusia menjelajah pada saat-saat tertentu. Pikiran anda bertemu dengan pikiran orang tersebut di alam semesta dan itu yang masuk ke dalam alam bawah sadar anda dan muncul sebagai mimpi. Ini adalah tandanya bahwa pikiran manusia terhubung satu sama lain.
sumber: http://jarimanisindonesia.wordpress.com

Thursday, April 25, 2013

Stop Mata Rantai Kekerasan, Dimulai Dari Anda


Orang tua banyak yang beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya.

Salah satu bentuk kekerasan pada yang akhir-akhir ini paling sering diberitakan media massa adalah kekerasan seksual. Selama Januari hingga Februari 2013, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menerima 48 laporan kekerasan seksual pada anak, dari total 80 kasus kekerasan pada anak yang dilaporkan. Tahun 2012, sekitar 48 persen dari 2.637 kasus yang ditangani di Komnas PA adalah kasus kekerasan seksual pada anak.

Mereka menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap kekerasan ini karena hampir dari setiap kasus yang diungkap, pelakunya orang dekat korban. Tak sedikit pula pelakunya orang yang memiliki dominasi atas korban, seperti orangtua dan guru. Nyaris seluruh kasus kekerasan seksual pada anak baru terungkap setelah peristiwa itu terjadi, dan tak sedikit yang berdampak fatal. Kemampuan pelaku menguasai korban, baik dengan tipu daya maupun ancaman dan kekerasan, menyebabkan kejahatan ini sulit dihindari.

Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menjelaskan, tak semua kekerasan seksual pada anak dilakukan orang dewasa yang memiliki orientasi seksual pada anak. Namun, itu juga bisa terjadi dengan pelakunya orang dewasa normal. Reza menyebutkan, kedua macam orang itu bisa digolongkan pedofilia selama melakukan hubungan seksual dengan anak. Tipe pertama adalah pedofilia eksklusif, yaitu hanya memiliki ketertarikan pada anak. Tipe kedua adalah pedofilia fakultatif yang memiliki orientasi heteroseksual pada orang dewasa, tetapi tidak menemukan penyalurannya sehingga memilih anak sebagai substitusi.

Reza menyebutkan, kekerasan seksual yang dilakukan di bawah kekerasan dan diikuti ancaman sehingga korban tak berdaya itu disebut molester. Kondisi itu menyebabkan korban terdominasi dan mengalami kesulitan untuk mengungkapnya. Namun, namun tak sedikit pula pelaku kekerasan seksual pada anak ini melakukan aksinya tanpa kekerasan, tetapi dengan menggunakan manipulasi psikologi. Anak ditipu daya sehingga mengikuti keinginannya. Anak sebagai individu yang belum mencapai taraf kedewasaan, belum mampu menilai sesuatu sebagai tipu daya atau bukan.

Awalnya terminologi tindak kekerasan terhadap anak atau child abuse berasal dari dunia kedokteran. Sekitar tahun 1946, seorang radiologist Caffey melaporkan kasus berupa gejala-gejala klinik seperti patah tulang panjang yang majemuk (multiple fractures) pada anak-anak atau bayi disertai pendarahan tanpa diketahui sebabnya (unrecognized trauma). Dalam dunia kedokteran, kasus ini dikenal dengan istilah Caffey Syndrome.

Kasus yang ditemukan Caffey diatas semakin menarik perhatian publik ketika Henry Kempe tahun 1962 menulis masalah ini di Journal of the American Medical Assosiation, dan melaporkan bahwa dari 71 Rumah Sakit yang ia teliti, ternyata terjadi 302 kasus tindak kekerasan terhadap anak-anak, dimana 33 anak dilaporkan meninggal akibat penganiayaan yang dialaminya, dan 85 mengalami kerusakan otak yang permanen. Henry menyebut kasus penelentaran dan penganiayaan yang dialami anak-anak dengan istilah Battered Child Syndrome, yaitu setiap keadaan yang disebabkan kurangnya perawatan dan perlindungan terhadap anak oleh orangtua atau pengasuh lain.

Selain Battered Child Syndrome, istilah lain untuk menggambarkan kasus penganiayaan yang dialami anak-anak adalah Maltreatment Syndrome, yang meliputi gangguan fisik seperti diatas, juga gangguan emosi anak dan adanya akibat asuhan yang tidak memadai, ekploitasi seksual dan ekonomi, pemberian makanan yang tidak layak bagi anak atau makanan kurang gizi, pengabaian pendidikan dan kesehatan dan kekerasan yang berkaitan dengan medis.
Wikipedia Indonesia (2006) memberikan pengertian bahwa kekerasan merujuk pada tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Istilah kekerasan juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.
Menurut hasil pengaduan yang diterima KOMNAS Perlindungan Anak, pemicu kekerasan terhadap anak yang terjadi diantaranya adalah :
  • Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dalam keluarga terjadi kekerasan yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya. Kondisi ini kemudian menyebabkan kekerasan terjadi juga pada anak. Anak seringkali menjadi sasaran kemarahan orang tua.

  • Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan peran ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi.

  • Faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi. Tertekannya kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi adalah faktor yang banyak terjadi.

  • Pandangan keliru tentang posisi anak dalam keluarga. Orang tua menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak tahu apa-apa. Dengan demikian pola asuh apapun berhak dilakukan oleh orang tua.

  • Disamping itu, faktor penyebab Kekerasan pada Anak yakni terinspirasi dari tayangan-tayangan televisi maupun media-media lainnya yang tersebar dilingkungan masyarakat. Yang sangat mengejutkan ternyata 62 % tayangan televisi maupun media lainnya telah membangun dan menciptakan prilaku kekerasan (Tempo, 2006).
Unicef (1986) mengemukakan ada dua faktor yang melatarbelakangi munculnya kekerasan anak oleh orang tuanya. Faktor tersebut masing-masing berasal baik dari orang tua maupun anak sendiri. Dua faktor tersebut antara lain;
  • Orang tua yang pernah jadi korban penganiayaan anak dan terpapar oleh kekerasan dalam rumah, orang tua yang kondisi kehidupannya penuh sters, seperti rumah yang sesak, kemiskinan, orang tua yang menyalahgunakan NAPZA, orang tua yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi atau psikotik atau gangguan keperibadian.

  • Anak yang premature, anak yang retardasi mental, anak yang cacat fisik, anak yang suka menangis hebat atau banyak tuntutan. Berdasarkan uraian tersebut baik orang tua maupun anak sama-sama berpengaruh pada timbulnya kekerasan pada anak.
Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak (child abuse) , antara lain;
  • Dampak kekerasan fisik. Anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam kepada anak-anaknya. Orang tua agresif melahirkan anak-anak yang agresif, yang pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang menjadi agresif. Semua jenis gangguan mental ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang diterima manusia ketika dia masih kecil. Kekerasan fisik yang berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama akan menimbulkan cedera serius terhadap anak, meninggalkan bekas luka secara fisik hingga menyebabkan korban meninggal dunia;

  • Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri. Kekerasan psikologis sukar diidentifikasi atau didiagnosa karena tidak meninggalkan bekas yang nyata seperti penyiksaan fisik. Jenis kekerasan ini meninggalkan bekas yang tersembunyi yang termanifestasikan dalam beberapa bentuk, seperti kurangnya rasa percaya diri, kesulitan membina persahabatan, perilaku merusak, menarik diri dari lingkungan, penyalahgunaan obat dan alkohol, ataupun kecenderungan bunuh diri.

  • Dampak kekerasan seksual. Diantara korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah dewasa atau bahkan sudah menikah. Bahkan eksploitasi seksual yang dialami semasa masih anak-anak banyak ditengarai sebagai penyebab keterlibatan dalam prostitusi. Jika kekerasan seksual terjadi pada anak yang masih kecil pengaruh buruk yang ditimbulkan antara lain dari yang biasanya tidak mengompol jadi mengompol, mudah merasa takut, perubahan pola tidur, kecemasan tidak beralasan, atau bahkan simtom fisik seperti sakit perut atau adanya masalah kulit, dll.

  • Dampak penelantaran anak. Pengaruh yang paling terlihat jika anak mengalami hal ini adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak. Jika anak kurang kasih sayang dari orang tua menyebabkan berkembangnya perasaan tidak aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang.

  • Dampak kekerasan terhadap anak lainnya adalah kelalaian dalam mendapatkan pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak dengan baik. Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah.
Miris…Ternyata sebagian orang tua masih percaya pada konsep kuno tentang cara mendidik anak dengan kekerasan. Tidak ada alasan untuk percaya pada konsep tersebut. Kenapa? Berikut adalah beberapa alasan kenapa Anda tak boleh melakukan kekerasan pada anak :
  • Agresif. Kekerasan pada anak membuat anak bersikap agresif. Ketika anda menekan anak, tanpa sadar Anda sedang menggambarkan sisi brutal dari kepribadian Anda. Itulah yang anak-anak tiru dari sosok orang tua mereka.

  • Keras kepala. Kekerasan pada anak bukan metode yang tepat untuk menerapkan kedisiplinan. Mereka akan menjadi lebih keras kepala dan nakal. Hal ini dikarenakan sikap Anda pada anak.

  • Jarak. Hukuman fisik membuat anak merasa tidak disayang oleh orang tua mereka. Kekerasan yang Anda lakukan bisa menumbuhkan jarak antara orang tua dan anak. Alih-alih mengembangkan hubungan persahabatan, mereka malah memiliki perasaan bermusuhan pada Anda. Mereka juga menjadi ragu untuk berbagi masalah mereka pada Anda.

  • Introvert. Kebiasaan memukul anak dapat mengubah perilakunya dalam bergaul. Hukuman fisik membuat anak jadi introvert dan tidak pintar bergaul.
Sayangnya orang tua banyak yang beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan, peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya.

Keluarga adalah tempat pertama kali anak belajar mengenal aturan yang berlaku di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sudah barang tentu dalam proses belajar ini, anak cenderung melakukan kesalahan. Sayangnya bagi kebanyakan orangtua, tindakan anak yang melanggar perlu dikontrol dan dihukum. bagi orangtua tindakan yang dilakukan anak itu melanggar sehingga perlu dikontrol dan dihukum.

MENGERIKAN…Hanya itu kata yang mungkin pas untuk menggambarkan bagaimana merusaknya dampak kekerasan yang dilakukan terhadap anak-anak. Untuk mengatasi Kekerasan pada anak diperlukan tindakan kolektif untuk mengatasinya, memerlukan proses pendidikan yang terus menerus untuk mensosialisasikan nilai-nilai demokratis dan penghargaan pada hak-hak anak-anak, berusaha menegakkan undang-undang yang melindungi anak-anak dari perlakuan sewenang-wenang orang-orang dewasa dan membangun lembaga-lembaga advokasi anak-anak. Percayalah, kekerasan tidak dapat mengubah anak jadi baik. Sebaliknya, anak akan berubah menjadi lebih agresif dan bermusuhan dengan Anda. Kedisiplinan tidak diajarkan lewat pukulan tetapi kasih sayang.

Ahmad Zaini
Journalist / Broadcaster / Profesional Trainer/ Broadcaster Expert at Broadcast Indonesia.
http://edukasi.kompasiana.com

Wednesday, April 24, 2013

Memahami fenomena Kepribadian Ganda - Dissociative Identity Disorder (DID)


Mungkin tidak ada orang yang benar-benar bisa memahami masalah kepribadian ganda. Sebelum abad ke-20, gejala psikologi ini selalu dikaitkan dengan kerasukan setan. Namun, para psikolog abad ke-20 yang menolak kaitan itu menyebut fenomena ini dengan sebutan Multiple Personality Disorder (MPD). Berikutnya, ketika nama itu dirasa tidak lagi sesuai, gejala ini diberi nama baru, Dissociative Identity Disorder (DID).

DID atau kepribadian ganda dapat didefinisikan sebagai kelainan mental dimana seseorang yang mengidapnya akan menunjukkan adanya dua atau lebih kepribadian (alter) yang masing-masing memiliki nama dan karakter yang berbeda.

Mereka yang memiliki kelainan ini sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, namun si penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda.

Walaupun penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog sepakat kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil.

Untuk memahami bagaimana banyak identitas bisa terbentuk di dalam diri seseorang, maka terlebih dahulu kita harus memahami arti dari Dissociative (disosiasi).

Disosiasi
Disosiasi secara sederhana dapat diartikan sebagai terputusnya hubungan antara pikiran, perasaan, tindakan dan rasa seseorang dengan kesadaran atau situasi yang sedang berlangsung.
Dalam kasus DID, juga terjadi disosiasi, namun jauh lebih rumit dibanding sekedar "nggak nyambung".

Proses terbentuknya kepribadian ganda
Ketika kita dewasa, kita memiliki karakter dan kepribadian yang cukup kuat dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan. Namun, pada anak yang masih berusia di bawah tujuh tahun, kekuatan itu belum muncul sehingga mereka akan mencari cara lain untuk bertahan terhadap sebuah pengalaman traumatis, yaitu dengan Disosiasi.

Dengan menggunakan cara ini, seorang anak dapat membuat pikiran sadarnya terlepas dari pengalaman mengerikan yang menimpanya.

Menurut Colin Ross yang menulis buku The Osiris Complex (1995), proses disosiasi pada anak yang mengarah kepada kelainan DID terdiri dari dua proses psikologis. Kita akan mengambil contoh pelecehan seksual yang dialami oleh seorang anak perempuan.

Proses Pertama
anak perempuan yang berulang-ulang mengalami penganiayaan seksual akan berusaha menyangkal pengalaman ini di dalam pikirannya supaya bisa terbebas dari rasa sakit yang luar biasa. Ia bisa mengalami "out of body experience" yang membuat ia "terlepas" dari tubuhnya dan dari pengalaman traumatis yang sedang berlangsung. Ia mungkin bisa merasakan rohnya melayang hingga ke langit-langit dan membayangkan dirinya sedang melihat kepada anak perempuan lain yang sedang mengalami pelecehan seksual. Dengan kata lain, identitas baru yang berbeda telah muncul.

Proses Kedua
sebuah penghalang memori kemudian dibangun antara anak perempuan itu dengan identitas baru yang telah diciptakan.

Sekarang, sebuah kesadaran baru telah terbentuk. Pelecehan seksual tersebut tidak pernah terjadi padanya dan ia tidak bisa mengingat apapun mengenainya.

Apabila pelecehan seksual terus berlanjut, maka proses ini akan terus berulang sehingga ia akan kembali menciptakan banyak identitas baru untuk mengatasinya. Ketika kebiasaan disosiasi ini telah mendarah daging, sang anak juga akan menciptakan identitas baru untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan pengalaman traumatis seperti pergi ke sekolah atau bermain bersama teman.

Salah satu kasus kepribadian ganda yang ternama, yaitu Sybil, disebut memiliki 16 identitas yang berbeda.

Menurut psikolog, jumlah identitas berbeda ini bisa lebih banyak pada beberapa kasus, bahkan hingga mencapai 100. Masing-masing identitas itu memiliki nama, umur, jenis kelamin, ras, gaya, cara berbicara dan karakter yang berbeda.

Setiap karakter ini bisa mengambil alih pikiran sang penderita hanya dalam tempo beberapa detik. Proses pengambilalihan ini disebut switching dan biasanya dipicu oleh kondisi stres.

Ciri-ciri pengidap kepribadian ganda
Apakah orang-orang yang kita kenal pengidap DID?
Bagaimana cara kita mengetahuinya?

Jawabannya adalah pada identitas yang menyertai perubahan penampilan atau emosi tersebut.

Misalkan seseorang yang suka mengubah penampilan atau sering mengalami perubahan emosi tersebut bernama Edward. Jika ia mengubah penampilan atau mengalami perubahan emosi dan masih menganggap dirinya sebagai Edward, maka ia bukan penderita DID.

Untuk mengerti lebih dalam bagaimana cara membedakannya, lihat empat ciri di bawah ini. Jika di dalam diri seseorang terdapat empat ciri ini, maka bisa dipastikan kalau ia mengidap DID atau kepribadian ganda.

Ciri-ciri tersebut adalah:
Harus ada dua atau lebih identitas atau kesadaran yang berbeda di dalam diri orang tersebut.
Kepribadian-kepribadian ini secara berulang mengambil alih perilaku orang tersebut (Switching).
Ada ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang berkenaan dengan dirinya yang terlalu luar biasa untuk dianggap hanya sebagai lupa biasa.
Gangguan-gangguan yang terjadi ini tidak terjadi karena efek psikologis dari substansi seperti alkohol atau obat-obatan atau karena kondisi medis seperti demam.
Dari empat poin ini, poin nomor 3 memegang peranan sangat penting.

98 persen mereka yang mengidap DID mengalami amnesia ketika sebuah identitas muncul (switching). Ketika kepribadian utama berhasil mengambil alih kembali, ia tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi ketika identitas sebelumnya berkuasa.

Walaupun sebagian besar psikolog telah mengakui adanya kelainan kepribadian ganda ini, namun sebagian lainnya menolak mengakui keberadaannya.

Mereka mengajukan argumennya berdasarkan pada kasus Sybill yang ternama.

Kasus Sybil Isabel Dorsett
 Salah satu kasus paling terkenal dalam hal kepribadian ganda adalah kasus yang dialami oleh Shirley Ardell Mason. Untuk menyembunyikan identitasnya, Cornelia Wilbur, sang psikolog yang menanganinya dan menulis buku mengenainya, menggunakan nama samaran Sybil Isabel Dorsett untuk menyebut Shirley.


Dalam sesi terapi yang dilakukan oleh Cornelia, terungkap kalau Sybil memiliki 16 kepribadian yang berbeda, diantaranya adalah Clara, Helen, Marcia, Vanessa, Ruthi, Mike (Pria), Sid (Pria) dan lain-lain. Menurut Cornelia, 16 identitas yang muncul pada diri Sybil berasal dari trauma masa kecil akibat sering mengalami penyiksaan oleh ibunya.

Kisah Sybil menjadi terkenal karena pada masa itu kelainan ini masih belum dipahami sepenuhnya. Bukunya menjadi best seller pada tahun 1973 dan sebuah film dibuat mengenainya.

Namun, pada tahun-tahun berikutnya, keabsahan kelainan yang dialami Sybil mulai dipertanyakan oleh para psikolog.

Menurut Dr.Herbert Spiegel yang juga menangani Sybil, 16 identitas yang berbeda tersebut sebenarnya muncul karena teknik hipnotis yang digunakan oleh Cornelia untuk mengobatinya. Bukan hanya itu, Cornelia bahkan menggunakan Sodium Pentothal (serum kejujuran) dalam terapinya.

Dr.Spiegel percaya kalau 16 identitas tersebut diciptakan oleh Cornelia dengan menggunakan hipnotis. Ini sangat mungkin terjadi karena Sybil ternyata seorang yang sangat sugestif dan gampang dipengaruhi. Apalagi ditambah dengan obat-obatan yang jelas dapat membawa pengaruh kepada syarafnya.

Kasus ini mirip dengan penciptaan false memory dalam pengalaman alien abduction yang pernah saya posting sebelumnya.

Pendapat Dr.Spiegel dikonfrimasi oleh beberapa psikolog dan peneliti lainnya. 

Peter Swales, seorang penulis yang pertama kali berhasil mengetahui kalau Sybil adalah Shirley juga setuju dengan pendapat ini. Dari hasil penyelidikan intensif yang dilakukannya, ia percaya kalau penyiksaan yang dipercaya dialami oleh Sybil sesungguhnya tidak pernah terjadi. Kemungkinan, semua ingatan mengenai penyiksaan itu (yang muncul karena sesi hipnotis) sebenarnya hanyalah ingatan yang ditanamkan oleh sang terapis, Cornelia Wilbur. 

Jadi, bagi sebagian psikolog, DID tidak lain hanyalah sebuah false memory yang tercipta akibat pengaruh terapi hipnotis yang dilakukan oleh seorang psikolog. Tidak ada bukti kalau pengalaman traumatis bisa menciptakan banyak identitas baru di dalam diri seseorang.

Menurut Dr.Philip M Coons:
"Hubungan antara penyiksaan atau trauma masa kecil dengan Multiple Personality Disorder sesungguhnya tidak pernah dipercaya sebelum kasus Sybil"
Pengetahuan mengenai kepribadian ganda banyak disusun berdasarkan kasus Sybil. Jika kasus itu ternyata hanya sebuah false memory, maka runtuhlah seluruh teori dissosiasi dalam hubungannya dengan kelainan kepribadian ganda. Ini juga berarti kalau kelainan kepribadian ganda sesungguhnya tidak pernah ada.

Perdebatan ini masih terus berlanjut hingga saat ini dan saya percaya kedua pihak memiliki alasan yang sama kuat. Jika memang DID benar-benar ada dan hanya merupakan gejala psikologi biasa, mengapa masih ada hal-hal yang masih belum bisa dijelaskan oleh para psikolog?

Misteri Dalam DID
Misalnya, ketika sebuah identitas muncul, perubahan biologis juga muncul di dalam tubuh sang pengidap. Kecepatan detak jantungnya bisa berubah, demikian juga suhu tubuhnya, tekanan darah dan bahkan kemampuan melihat.

Lalu, identitas yang berbeda bisa memiliki reaksi yang berbeda terhadap pengobatan. Kadang, pengidap yang sehat bisa memiliki identitas yang alergi. Ketika identitas itu menguasainya, ia benar-benar akan menjadi alergi terhadap substansi tertentu.

Lalu, misteri lainnya adalah yang menyangkut kasus Billy Milligan yang dianggap sebagai kasus DID yang paling menarik. Kisah hidupnya pernah dituangkan ke dalam sebuah buku berjudul "24 wajah Billy".

Billy adalah seorang mahasiswa yang dihukum karena memperkosa beberapa wanita. Dalam sesi pemeriksaan kejiwaan, ditemukan 24 identitas berbeda dalam dirinya.

Identitas yang mengaku bertanggung jawab atas tindakan pemerkosaan itu adalah seorang wanita. Identitas lain bernama Arthur yang merupakan orang Inggris dan memiliki pengetahuan luas.

Dalam interogasi, Arthur ternyata bisa mengungkapkan keahliannya dalam hal medis, padahal Billy tidak pernah mempelajari soal-soal medis. Menariknya, Arthur ternyata lancar berbahasa Arab. Bahasa ini juga tidak pernah dipelajari oleh Billy. Identitas lain bernama Ragen bisa berbicara dalam bahasa Serbia Kroasia. Billy juga tidak pernah mempelajari bahasa ini.

Bagaimana Billy bisa berbicara dalam semua bahasa itu jika ia tidak pernah mempelajarinya?

Misteri ini belum terpecahkan hingga hari ini.

Kecuali tentu saja kalau kita menganggap Billy hanya mengalami kasus kerasukan setan dan tidak menderita DID.

http://xfile-enigma.blogspot.com

Dibanding Skizofrenia, Pasien Gangguan Bipolar Lebih Berisiko Bunuh Diri

Perubahan suasana hati yang ekstrim bisa berakibat serius. Jika mengalami atau mengetahui teman atau kenalan yang suasana hatinya berubah dari sangat senang menjadi sangat sedih, ada kemungkinan ia menderita gangguan bipolar.

Pada gangguan bipolar ini, pasien sering merasa sangat senang sampai ingin melakukan banyak hal dan sulit mengontrol keinginan.


Namun saat merasa sedih, pasien sering menarik diri, menyalahkan diri sendiri dan bahkan memiliki kecenderungan bunuh diri.

Bahkan, angka kematian akibat bunuh diri yang disebabkan gangguan bipolar lebih tinggi dibandingkan angka kematian bunuh diri dalam populasi umum.

"Angka bunuh diri yang diakibatkan gangguan bipolar 20 kali lebih tinggi dibanding angka bunuh diri dalam populasi umum tanpa gangguan bipolar, yaitu 21,7% dibanding 1%. Angkanya sama pada laki-laki maupun perempuan," kata dr Ayi Agung Kusumawardhani, SpKJ(K), kepala Departemen Psikiatri RSCM.

Menurut dr Agung, depresi yang dialami saat remaja memiliki kemungkinan 20-40% berkembang menjadi gangguan bipolar.

Penderita gangguan bipolar 2-3 kali lebih berisiko melakukan bunuh diri dibanding penderita skizofrenia. Sebanyak 10-20% penderita gangguan bipolar meninggal karena bunuh diri, dan sebanyak 30% pernah mencoba melakukan bunuh diri.

Selain itu, riwayat keluarga yang pernah mengalami gangguan bipolar juga meningkatkan risiko terkena gangguan bipolar sebesar 60%. Pengaruh genetik juga menyumbang kerentanan mengalami gangguan bipolar sebesar 79%.

Hal ini diperparah lagi dengan banyaknya kasus gangguan bipolar yang salah didiagnosis dengan skizofrenia. Sebabnya, pasien bipolar memiliki kecenderungan berhalusinasi dan mengalami gangguan kecemasan seperti halnya pasien skizofrenia. Akhirnya, pasien gangguan bipolar banyak yang mendapat penanganan untuk mengatasi skizofrenia, padahal pengobatannya berbeda.

"Pada pasien skizofrenia dan depresi, biasanya diberikan obat antidepresan sudah cukup membantu. Namun pada pasien gangguan bipolar, obat ini kurang efektif dan dapat menimbulkan efek samping seperti tremor dan kekakuan otot. Untuk pasien gangguan bipolar, sebaiknya diberi obat mood stabilizer untuk menenangkan perubahan mood yang ekstrim," kata dr Agung.

Setelah pasien gangguan bipolar tenang, baru program terapi untuk memberikan pemahaman mengenai gejala penyakit dan cara mengatasi kecemasan dapat diberikan.

Jika pasien sudah dapat mempelajari kemampuan ini, biasanya pasien lebih terampil dalam menghadapi perubahan mood yang terjadi dan penggunaan obat dapat dihentikan. Namun apabila tidak diobati, gangguan ini bisa bertahan seumur hidup

http://health.detik.com
Putro Agus Harnowo - detikHealth

Tuesday, April 23, 2013

Mari Makan dan Kalahkan Moodsiwng!


Tak bisa dipungkiri bahwa makanan memiliki efek nyata pada suasana hati. Apa yang kita makan akan memicu pelepasan neurotransmiter, dan hormon yang akan memengaruhi mood.
Namun, salah pilih makanan bisa membuat suasana hati Anda jadi lebih buruk, dan mengganggu program diet Anda. Untuk itu, pilih-pilih dulu makanan yang ingin disantap untuk mengatasi suasana hati tertentu, agar mood tidak bertambah buruk.

1. Cemas

Anda bisa mengalihkan rasa cemas dengan ngemil kacang Brazil. Jenis kacang ini mengandung banyak selenium dan mineral yang berperan penting untuk otak dalam menurunkan depresi. Penambahan asupan selenium dalam makanan akan membantu menghilangkan kecemasan, dan mengubah suasana hati. Selain kacang Brazil, makanan lain yang bisa mengatasi rasa cemas adalah ikan tuna, bawang putih, dan jamur.




2. Stres


Makanan yang mengandung kadar vitamin C yang tinggi ternyata bisa mengatasi rasa cemas, misalnya paprika dan jeruk. Kandungan vitamin C tinggi dalam makanan bisa menurunkan kadar kortisol (hormon stres) dengan cara meningkatkan gula darah lebih banyak. Makanan bervitamin C ini tak hanya digunakan untuk menghilangkan stres, tetapi juga mencegah stres. Asupan vitamin C yang cukup setiap harinya akan mampu mengendalikan pelepasan hormon kortisol.






3. Gelisah

Jika sedang gelisah, jus ceri bisa jadi solusi yang tepat. Ceri mengandung melatonin (hormon yang mengatur waktu tidur) yang tinggi sehingga membantu mengatur jam biologis seseorang untuk segera beristirahat. Saat berisitirahat, otak akan lebih santai dan menurunkan rasa gelisah.












4. Tidak konsentrasi

Sering merasa tak konsentrasi saat sedang beraktivitas? Konsumsi saja aneka buah yang berwarna-warni, seperti plum, nanas, dan cranberry. Buah-buahan ini mengandung antioksidan untuk melawan radikal bebas yang merusak saraf otak. Saraf otak yang terjaga baik akan membantu meningkatkan konsentrasi.

Sedangkan untuk meningkatkan fokus, santap saja makanan yang mengandung asam lemak omega 3 seperti ikan salmon. Jurnal medis American Academy of Neurology melaporkan bahwa kurangnya asupan omega 3 tidak hanya menurunkan kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis, tapi juga berpotensi menurunkan volume otak.

5. Marah 

Serotonin merupakan hormon yang berperan mengontrol rasa marah. Kadar serotonin yang rendah dalam tubuh akan membuat seseorang mengalami kesulitan untuk mengontrol kemarahannya. Sayangnya, serotonin tidak bisa langsung disintesis dalam tubuh. Bantuan dari triptofan sangat diperlukan untuk mengatur pembentukan serotonin di dalam tubuh. Salah satu makanan yang bisa digunakan untuk mengurangi amarah adalah pisang, karena kandungan triptofannya yang tinggi.


Christina Andhika Setyanti 
http://female.kompas.com