Saturday, April 27, 2013

Lebih Jauh Menganai Kaitan Antara Trauma dan Gangguan Bipolar


Apakah ada hubungan antara trauma masa kecil dan gangguan bipolar?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita mulai dengan mempertimbangkan apa itu gangguan bipolar. Ini adalah penyakit mental yang ditandai dengan periode perilaku yang sangat gembira atau bersemangat. Seperti depresi, gangguan bipolar diklasifikasikan sebagai gangguan mood, karena gejala utamanya diwujudkan secara emosional. Orang yang menderita gangguan bipolar kadang bergantian antara depresi dan episode manik yang merupakan ciri khas dari gangguan bipolar ini.

Sebuah episode manic didefinisikan sebagai periode emosi memuncak dari siklus normal yang berlangsung seminggu atau lebih. Untuk memenuhi kriteria psikologis untuk episode manic, perilaku seseorang harus cukup parah untuk mempengaruhinya didalam pekerjaan dan hubungannya dengan orang lain. Orang-orang dalam pergolakan episode manik tidak tidur, meningkatnya kebutuhan untuk pemenuhan kepentingan mereka sendiri dan sering berbicara dengan cepat ketika mereka mencoba untuk bersaing dengan pikiran mereka yang sedang berpacu. Meskipun mereka memiliki rencana yang visioner, mereka mudah sekali terganggu moodnya dan sering tidak bisa menyelesaikan apa yang sudah mereka rencanakan sebelumnya. Mereka juga dapat dikenali dari perilaku mereka yang sembrono, seperti perjudian atau perselingkuhan, tanpa memikirkan konsekuensinya.

Penyebab pasti dari gangguan bipolar tidak diketahui. Studi menunjukkan bahwa gangguan bipolar memiliki komponen genetik atau diturunkan dari generasi ke generasi. Gangguan bipolar juga dapat disebabkan oleh perubahan biologis di otak, seperti ketidakseimbangan bahan kimia yang dikenal sebagai neurotransmitter.

Jadi sekarang, apa korelasinya antara pengalaman traumatis masa kecil sebagai salah satu faktor pencetus gangguan bipolar?
Pertama, mari kita mempertimbangkan apa yang dimaksud dengan trauma masa kanak-kanak. Ini bisa mengindikasikan trauma fisik atau psikologis atau kombinasi dari keduanya. Trauma fisik mengacu pada luka fisik yang sebenarnya atau cedera, sedangkan trauma psikologis dapat disebabkan oleh trauma fisik atau oleh sesuatu yang anak tersebut saksikan dan membekas juga bisa lewat satu pengalaman yang membuat anak tersebut terluka secara emosional.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang yang diabaikan, dilecehkan atau mengalami stres berat pada masa kanak-kanaknya lebih mungkin untuk memiliki ketidakstabilan mood pada saat ia beranjak dewasa. Para peneliti juga menemukan fakta bahwa trauma masa kecil adalah penyebab umum gangguan bipolar di antara banyak kasus.
Sebanyak 50 persen melaporkan insiden trauma masa kecil, termasuk pengabaian anak, luka emosional, fisik dan pelecehan seksual. Selanjutnya, melalui peristiwa kehidupan yang menantang: sebuah keluarga yang disfungsional, kemunduran karir atau pelecehan, dapat memperburuk gangguan bipolar dan membuat pemulihan lebih sulit.