Orang dengan gangguan bipolar atau gangguan kejiwaan, ternyata lebih banyak diderita oleh mereka yang berasal dari kelompok berpendidikan tinggi dan memiliki kreativitas tinggi.
"Orang bipolar bisa menghasilkan ide-ide fantastis dan aneh yang orang lain tidak pernah pikirkan. Bahkan banyak diantara mereka yang jadi orang sukses," kata Ketua Seksi Bipolar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) dr. Handoko Daeng, SpKJ (K) saat acara seminar media 'Gangguan Bipolar: Dapatkah Dikendalikan?', di Jakarta.
Handoko menyebutkan, banyak orang-orang terkenal dan jenius yang justru memiliki penyakit kejiwaan. Sebut saja seperti Vincent van Gogh, pelukis ternama ini diketahui mengidap bipolar dan karena tidak bisa mengatasi gangguan mental yang dideritanya, dia akhirnya meninggal karena bunuh diri. Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan jiwa yang bersifat episodik (berulang dalam rentang waktu tertentu) dan ditandai oleh gejala-gejala perubahan mood biasanya rekuren dan berlangsung seumur hidup.
Handoko mengatakan, sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa penyebab munculnya gangguan bipolar. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Keterlambatan dan misdiagnosis dapat memberikan dampak meningkatnya risiko bunuh diri, perilaku merugikan.
"Kenapa lebih sering dialami oleh orang berpendidikan tinggi dan sosial ekonomi tinggi? Sebetulnya itu merupakan suatu seleksi alam," cetusnya.
Sementara itu, dr. Agung Kusumawardhani, SpKJ (K), Kepala Departemen Psikiatri RSCM menyampaikan, dari penelitian epidemiologi memang ditemukan bahwa kasus bipolar banyak ditemukan pada mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, tapi bukan berarti mereka yang berpendidikan rendah tidak ada yang terkena.
"Di RSCM cukup banyak pasien bipolar yang mendapatkan layanan Gakin dan SKTM. Jadi mereka ada juga dari kalangan ini," terangnya.
Lebih lanjut Handoko memaparkan, bipolar bukanlah sebuah sifat yang ada pada diri seseorang, tetapi lebih kepada sebuah disorder atau gangguan yang dapat diatasi. Penundaan dalam diagnosis akan mengakibatkan penderita mengalami depresi berat sehingga dapat menunjukkan perilaku yang dapat membahayakan tidak hanya untuk si penderita tetapi juga orang disekitarnya.
Lebih lanjut Handoko memaparkan, bipolar bukanlah sebuah sifat yang ada pada diri seseorang, tetapi lebih kepada sebuah disorder atau gangguan yang dapat diatasi. Penundaan dalam diagnosis akan mengakibatkan penderita mengalami depresi berat sehingga dapat menunjukkan perilaku yang dapat membahayakan tidak hanya untuk si penderita tetapi juga orang disekitarnya.
Sebagai contoh, kasus kekerasan dalam rumah tangga. Banyak orang menduga bahwa kekerasan yang dilakukan suami kepada isri dikarenakan sifat pribadi bawaan seseorang.
"Padahal ini bukanlah sifat kepribadian, melainkan gangguan yang dapat diatasi," katanya.
Seperti dikutip dari health.kompas.com - Bramirus Mikail
No comments:
Post a Comment