Monday, August 19, 2013

Nafsu Makan Meningkat Ketika Suasana Hati Tidak Menentu? Waspadai Emotional Eating

Jumlah orang yang mengalami obesitas tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan. Salah satu alasannya adalah karena mereka memiliki kecenderungan untuk makan lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Kebanyakan orang tidak makan karena lapar, tapi karena mereka merasa bahwa makan adalah satu-satunya jalan keluar untuk melupakan stres. Pada saat seperti ini, ketika kebiasaan makan seseorang ditentukan oleh emosi dan bukan rasa lapar, yang kemudian disebut sebagai ‘emotional eating’.
Seseorang yang ‘emotional eating’ biasanya makan dalam porsi besar dengan anggapan dapat melupakan masalah mereka, ketika marah, misalnya.
Orang yang membiarkan emosi mendikte kebiasaan makannya, biasanya lebih menyukai makanan yang manis atau asin. Dan tidak beralih ke makanan sehat seperti biji-bijian atau buah-buahan. Hal ini karenajunk food adalah makanan yang menenangkan, yang cenderung memanjakan selera.
Penelitian mengungkapkan, orang menjadi pemakan emosional ketika mereka menjadi korban kebosanan, stres, depresi, kesepian, frustrasi, kemarahan kronis atau kecemasan. Orang-orang ini biasanya orang-orang yang relatif rendah diri atau memiliki masalah dengan hubungan interpersonal.
Meski emotional eating bukan satu-satunya alasan banyak orang mengalami kelebihan berat badan, kebiasaan ini sangat berefek buruk bagi kesehatan jangka panjang.
Namun seperti obesitas, emotional eating juga dapat diatasi. Yakni dengan mengikuti cara-cara makan yang sehat. Dan seorang yang mengalami emotional eating lebih membutuhkan seorang psikolog daripada ahli gizi.

Liyashady at:zoom-indonesia.com

No comments:

Post a Comment