Wednesday, June 5, 2013

Stress, Gangguan Kejiwaan yang 'Turun' ke Badan

Rasa sedih atau ‘galau’ yang berkepanjangan lambat laun dapat mengacaukan keharmonisan keluarga, karier, dan kehidupan sosial.



Beberapa tahun terakhir, stress tampaknya telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Berbagai hal bisa memicu stress, mulai dari kemacetan di jalan hingga kematian seseorang yang amat dicintai. Rutinitas dan beban pekerjaan di tempat kerja pun, bisa menimbulkan stres bagi seseorang. Stres yang dialami juga bervariasi levelnya, dari stress ringan, berat, hingga stress kronis yang berkepanjangan.

Stress berkepanjangan biasanya diakibatkan oleh beban mental yang terus menerus dialami oleh seseorang, yang dipicu oleh rasa bersalah, kesedihan atau kekecewaan mendalam akan suatu kejadian atau tindakan yang dilakukan. Misalnya, stress karena salah perhitungan dalam berinvestasi, sehingga perusahaan mengalami kerugian yang sangat besar; atau mungkin juga stress karena tak sengaja mengakibatkan seseorang dipecat dari pekerjaannya, misalnya.

Stress berkepanjangan tak hanya memicu kelelahan mental, tapi juga mempengaruhi kesehatan fisik. Reaksi psikologis dan fisiologis atas beban mental ini akan merangsang pelepasan hormon kortisol yang memiliki efek merusak tubuh.
Kondisi psikologis mempengaruhi kesehatan tubuh.Stress akan membuat jantung berdetak lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memicu penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan kadar kolesterol.

Stress berkepanjangan akan mempengaruhi semua organ utama dan sel, dimana kondisi ini dapat menyebabkan penyakit fisik dan psikologis.
Jika stress yg berkepanjangan tidak diatasi akan mengakibatkan seperti berikut:



Hubungan dengan orang lain
Stress menimbulkan perbedaan sikap dan perilaku. Kemarahan, rasa sedih atau ‘galau’ yang berkepanjangan lambat laun dapat mengacaukan keharmonisan keluarga, karier, dan kehidupan sosial.

Gangguan fisik
Selain peningkatan detak jantung, penderita juga merasakan ketegangan saraf yang ditandai dengan rasa sakit di leher atau punggung bagian bawah.
Stress berkepanjangan bisa menurunkan kekebalan tubuh.

Penyakit jantung
Stress berkepanjangan juga bisa menyebabkan penyumbatan di arteri dan memicu berbagai gangguan pada jantung.

Angina atau nyeri dada
Stress mental dan fisik yang berkepanjangan dapat memicu rasa nyeri dada yang parah. Ini karena berkurangnya pasokan oksigen dan menurunnya aliran darah

Tekanan darah tinggi
Stress berkepanjangan juga bisa memicu tekanan darah tinggi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius seperti stroke.

Disfungsi sistem kekebalan tubuh
Sistem kekebalan tubuh juga dapat terpengaruh oleh stress berkepanjangan. Hal ini membuat penderita stress berkepanjangan menjadi rentan terhadap paparan virus penyebab penyakit.

Masalah pencernaan
Stress berkepanjangan juga bisa mempengaruhi usus besar, dan memicu masalah seperti diare, sembelit atau kembung.

Masalah diet
Pola makan bagi penderita stress berkepanjangan juga bisa berubah drastis. Sebagian penderita akan kehilangan nafsu makan sama sekali, namun lainnya justru mencari pelarian dengan mengonsumsi makanan tak sehat secara berlebihan.

Diabetes
Stress berkepanjangan juga dapat mempengaruhi kadar gula darah, yang menyebabkan peningkatan resiko diabetes.

Arthritis
Stress berkepanjangan meningkatkan kadar keasaman dalam tubuh yang memicu arthritis atau radang persendian tubuh yang menyakitkan.

Gangguan tidur
Kecemasan yang berlebihan, takut tak beralasan, dan stress berkepanjangan juga menyebabkan kelelahan tubuh ekstrim. Namun, kelelahan tersebut tidak diimbangi dengan hasrat untuk tidur atau beristirahat.

Saraf

Stress membuat saraf simpatik otak memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk mengeluarkan beberapa zat kimia kimia. Misalnya epinefrin (adrenalin) dan kortisol. Kalau zat ini jumlahnya berlebihan bisa merusak memori dan konsentrasi. Bisa pula menyebabkan depresi.

Endokrin

Hormon stress dapat menyetimulasi liver untuk menghasilkan gula darah yang berlebih. Kalau ini berlangsung dalam jangka lama, dikhawatirkan menyebabkan penyakit diabetes tipe 2.

Pernapasan

Orang yang stress seringkali bernapas lebih cepat, merasa napas berat, hingga sesak. Jika terbiasa dengan kondisi ini, membuat Anda lebih gampang kena infeksi saluran pernafasan atas.

Kardiovaskular

Orang diserang kecemasan atau stress, kerap merasakan detak jantung lebih cepat. Tekanan darah ikut naik. Inilah salah satu faktor pemicu serangan jantung, penyakit jantung, hingga stroke. Jika Anda pemilik kolesterol tinggi, peluang terkena penyakit tersebut semakin tinggi dengan menyempitnya pembuluh darah.

Reproduksi

Buat wanita, stress dapat memperpanjang atau memperpendek siklus menstruasi Anda. Bisa pula membuatnya berhenti sama sekali, atau mengalami haid yang lebih menyakitkan. Selain itu, bakteri vaginosis yang menyerang selama kehamilan saat Anda stress, dapat meningkatkan potensi bayi mengalami asma atau alergi di kemudian hari.

Kekebalan tubuh
Stress jangka pendek dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dalam memerangi berbagai infeksi. Tapi, kalau stress sudah keterlaluan, bisa memperlambat penyembuhan luka, rentan terhadap infeksi, dan memburuknya kondisi kulit. Misalnya terkena eksim, gatal-gatal, dan jerawat.

Pencernaan

Stress dapat menganggu pencernaan. Misalnya mengakibatkan mulut kering, gangguan pencernaan, mual, gasthritis, dan merangsang otot-otot usus. Kadang dapat menyebabkan diare atau sembelit. Kalau keadaan sudah kronis, meningkatkan risiko iritasi usus, mulas parah, dan bisul.

Muskuloskeletal

Stress juga membawa pengaruh pada otot. Stress berkepanjangan menyebabkan sakit kepala dan leher, bahu, dan nyeri punggung. Dalam keadaan kronis memicu osteoporosis.

No comments:

Post a Comment