Tuesday, April 16, 2013

Bipolar Disorder: Akibat Rendahnya Kadar Serotonin


Serotonin adalah neurotransmitter yang mengatur transmisi sinyal di otak.
Serotonin digunakan untuk mengatur transmisi dari banyak fungsi otak mulai dari sistem muskuloskeletal, sistem kardiovaskuler, dan sistem endokrin.
Serotonin secara langsung dan tidak langsung memengaruhi hampir semua sel dalam otak dan dapat memengaruhi suasana hati (mood), hasrat seksual, memori, nafsu makan, perilaku tidur, dan bahkan perilaku sosial.

Efek Ringan
Penurunan kadar serotonin dalam otak dapat menyebabkan berbagai gejala baik fisik maupun mental, namun kondisi tersebut tidak selalu parah.
Saat ini, banyak dokter yang meyakini bahwa stres adalah penyebab utama dari menurunnya kadar serotonin. Di lain pihak, kadar serotonin yang rendah juga diduga menjadi penyebab stres tambahan.
Penurunan kadar serotonin dapat menyebabkan gejala fisik dan mental ringan termasuk diantaranya menjadi sensitif dan mudah marah, kelelahan, kesulitan berkonsentrasi, sulit tidur, serta meningkatnya pikiran negatif.
Gejala
Gejala fisik akibat kadar serotonin rendah termasuk diantaranya obesitas, gangguan makan, nyeri kronis, dan migrain.
Sedangkan gejala mental akibat kadar serotonin rendah meliputi insomnia, penyalahgunaan alkohol, depresi, kecemasan, dan serangan panik.
Gejala pada perilaku akibat kadar serotonin rendah mencakup rasa rendah diri, perilaku atau pikiran obsesif, dan perilaku negatif kronis.
Jika seseorang mengalami gejala-gejala tersebut selama lebih dari sebulan, hal terbaik yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk segera mendapatkan solusi dan penanganan.
Gangguan
Depresi klinis sering dikaitkan dengan kadar serotonin yang menurun. Menurut Barry Jones, ahli syaraf dari Princeton, kadar serotonin yang rendah dapat menekan produksi sel otak baru. Dia juga meyakini bahwa stres merupakan precursor paling penting untuk terjadinya depresi klinis.
Gangguan lainnya yang terkait dengan rendahnya kadar serotonin termasuk diantaranya adalah bipolar disorder, alkoholisme, sindrom pramenstruasi, irritable bowel syndrome, fibromyalgia, Alzheimer’s, kecemasan kronis, obsesif kompulsif disorder, bulimia, dan restless leg syndrome.
ADHD dan SIDS
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam General Psychiatry dan Journal of Medical Association menemukan adanya hubungan penurunan serotonin dengan dua penyakit pada masa anak-anak.
Sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Oktober 2010 di jurnal Archives of General Psychiatry mengatakan adanya kaitan antara kadar serotonin yang rendah pada ibu selama kehamilan dengan perkembangan ADHD pada anak.
Sedangkan sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Medical Association pada bulan Februari 2010, menemukan adanya kaitan antara kadar serotonin yang rendah dengan sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
Kadar serotonin di batang otak bayi SIDS sekitar 27 persen lebih rendah daripada kadar serotonin yang ditemukan pada bayi yang meninggal karena penyebab lain

No comments:

Post a Comment